Editorialkaltim.com – Ketua DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Hasanuddin Mas’ud, menyoroti tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak yang tercatat di Kota Samarinda. Ia menekankan pentingnya pemerataan pendataan dan penanganan di seluruh wilayah, agar kasus di daerah terpencil juga bisa terungkap.
“Karena penduduknya banyak dan lebih terekspose, angka kekerasan di Samarinda terlihat lebih tinggi. Sementara di daerah yang lebih jauh, banyak kasus yang mungkin tidak tercatat,” kata Hasanuddin, Sabtu (10/5/2025).
Ia menilai perlu kolaborasi antara pemerintah daerah, aparat hukum, dan masyarakat untuk menciptakan sistem perlindungan yang lebih responsif dan menyeluruh.
“Kita perlu memperkuat sistem pelaporan dan perlindungan di semua kabupaten dan kota, bukan hanya menyoroti daerah yang kasusnya menonjol,” tegasnya.
Data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) menunjukkan, sepanjang 2024 terdapat 1.002 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kaltim. Kota Samarinda mencatat jumlah tertinggi, yaitu 175 kasus terhadap anak dan 103 kasus terhadap perempuan.
Tren ini terus berlanjut. Hingga 5 Mei 2025, tercatat 341 kasus kekerasan di Kaltim, dengan Samarinda kembali mencatat angka tertinggi: 82 korban anak usia 13–17 tahun dan 62 korban perempuan usia 25–44 tahun.
Sebagian besar kekerasan terjadi dalam rumah tangga. Pada 2024, Kota Samarinda melaporkan 83 kasus kekerasan terhadap anak dan 74 kasus terhadap perempuan di ranah domestik. (ndi/adr/adv)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.
