Editorialkaltim.com – Keberadaan pom bensin mini atau penjual BBM eceran di Samarinda semakin marak. Meski memudahkan warga, usaha ini menyimpan risiko besar. Kebakaran akibat pom mini sudah berulang kali terjadi, menelan korban jiwa hingga kerugian harta benda.
Anggota Komisi I DPRD Samarinda, Markaca, angkat bicara terkait kondisi tersebut. Ia menegaskan, pengusaha pom mini wajib mengurus izin resmi dari Pertamina atau instansi berwenang. Tanpa izin, keberadaan pom mini tetap ilegal dan rawan memicu bencana.
“Keselamatan warga adalah yang paling penting. Pom mini wajib berizin agar bila terjadi insiden, ada pihak yang bisa bertanggung jawab. Jangan hanya mencari keuntungan, tapi mengabaikan risiko kebakaran,” ujar Markaca di kantor DPRD Samarinda, Rabu (1/10/2025).
Fakta di lapangan, banyak kasus kebakaran akibat pom mini yang menghanguskan rumah maupun tempat usaha. Ironisnya, karena beroperasi ilegal, pemilik kerap lepas dari jeratan hukum. “Korban kehilangan nyawa, rumah, dan usaha mereka, tapi tidak ada pihak yang bisa diproses,” tambah Markaca.
Pemerintah Kota Samarinda kini mulai menertibkan pom mini dengan meninjau legalitas sumber BBM dan standar keamanannya. Satpol PP menyiapkan langkah tegas berupa penyitaan peralatan bagi pom mini yang melanggar aturan. Dasar hukum penindakan merujuk pada Perda Ketertiban Umum, Ketenteraman, dan Perlindungan Masyarakat (Trantibum) yang disahkan pada 2024.
Markaca berharap, regulasi dan pengawasan ketat dapat menekan risiko kebakaran sekaligus memberi kepastian hukum bagi pengusaha yang ingin beroperasi secara legal.
Di tengah kebutuhan warga akan BBM dan peluang usaha, ia menekankan pom mini harus dijalankan dengan aman dan bertanggung jawab. Jika tidak, ancaman kebakaran dan kerugian besar akan terus menghantui masyarakat sekitar.(nit/ndi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.
