
Editorialkaltim.com – Longsor yang menimpa proyek terowongan yang dicanangkan akan menjadi penghubung Jalan Sultan Alimuddin dan Jalan Kakap, justru menjadi kekhawatiran besar.
Anggota Komisi I DPRD Kota Samarinda, Adnan Faridhan menegaskan agar pemerintah mengevaluasi menyeluruh terhadap kelayakan pada proyek bernilai ratusan miliar rupiah tersebut.
Diketahui, proyek ini memakan anggaran sebesar Rp395,9 miliar ini merupakan upaya pemerintah agar memecah kemacetan di kawasan Gunung Manggah.
Tetapi, insiden longsor belum lama ini justru menambah kekhawatiran yang mengancam keselamatan masyarakat, khususnya pengguna jalan yang nantinya melintasi terowongan.
“Kita tidak tahu seberapa kuat struktur menahan tekanan jika terowongan ini sudah beroperasi penuh. Risiko keruntuhan bisa terjadi, jika tidak dirancang dengan benar dan tidak melalui simulasi akurat,” ucap Adnan, Kamis (22/5/2025) kemarin.
Adnan menganggap penting jika keterlibatan akademisi dan institusi pendidikan dalam kajian ilmiah. Ia menyarankan agar Pemkot bisa menggandeng perguruan tinggi terkemuka seperti UGM, UI, dan ITB. Dan juga kerja sama dengan institusi internasional dari Korea dan Jepang, yang dinilai berpengalaman pada pembangunan infrastruktur bawah tanah.
“Kolaborasi dengan pihak luar negeri justru memberikan sudut pandang independen dan hasil analisis kredibel. Bukan hanya semata soal proyek besar atau kecil. Ini menyangkut keselamatan masyarakat,” ujarnya.
Ia juga membahas perbedaan perlakuan Pemkot pada proyek terowongan dibandingkan pada kasus-kasus lain yang dianggap berskala lebih kecil. Contohnya, kasus keluhan “motor brebet” yang mendapat respons berupa investigasi laboratorium.
“Ada ketimpangan. Masalah motor brebet ditangani serius hingga uji lab. Justru, proyek besar seperti ini, yang memiliki risiko jauh lebih tinggi, belum ada kajian komprehensif. Ironis ya?” bebernya.
Adnan menekankan jika kritik yang ia lontarkan bukan berarti dirinya menolak pembangunan. Justru sebaliknya, ia ingin setiap proyek pembangunan di Kota Samarinda benar-benar memperhatikan aspek keselamatan, kelayakan teknis, serta keberlanjutan lingkungan.
“Saya melontarkan kritik karena saya sayang kota ini dan masyarakatnya. Jangan kita abai, lalu memakan korban jiwa nantinya. Apa gunanya proyek sebesar Rp395 miliar jika satu nyawa saja melayang?” tutup Adnan. (nit/ndi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.