
Editorialkaltim.com – Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sri Puji Astuti menyoroti kondisi Museum Samarinda yang dinilai belum optimal dalam pengelolaan maupun pengembangan koleksi. Hal tersebut berdampak pada rendahnya minat masyarakat untuk berkunjung.
Puji, sapaan akrabnya, menyampaikan museum seharusnya menjadi salah satu pusat edukasi dan pelestarian sejarah bagi masyarakat. Namun, menurutnya, hingga kini pengelolaan museum masih terbatas baik dari segi koleksi maupun sarana pendukung.
“Dinas Perpustakaan Kota Samarinda saat ini lagi mencari sumber arsip atau sumber bahan yang bisa dipajang di museum tersebut,” ucap Puji, Rabu (27/8/2025).
Puji juga membandingkan kondisi Museum Samarinda dengan Museum Mulawarman, Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara. Menurutnya, Museum Mulawarman jauh lebih lengkap dari sisi koleksi maupun narasi sejarah yang ditampilkan.
“Kalau kita lihat, Museum Mulawarman di sana punya daya tarik kuat karena koleksi sejarahnya kaya dan dikelola dengan baik. Inilah yang perlu dijadikan contoh agar Museum Samarinda bisa berkembang dan tidak kalah saing,” ujarnya.
Salah satu kendala utama, menurut Puji, adalah struktur pengelolaan museum yang berada di bawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Samarinda. Situasi tersebut membuat alokasi anggaran menjadi tidak fokus untuk pengembangan kebudayaan, karena harus berbagi dengan sektor pendidikan.
“Jika museum harus bergabung dengan urusan pendidikan, otomatis prioritasnya terbagi. Dampaknya, anggaran untuk kebudayaan, termasuk museum tidak maksimal. Padahal museum butuh perhatian khusus agar bisa berkembang,” jelasnya.
Selain soal anggaran, keberagaman budaya di Samarinda juga menjadi tantangan tersendiri bagi pengelola museum. Kondisi multikultural dinilai menyulitkan dalam menampilkan identitas budaya tertentu secara menonjol.
“Budaya di Samarinda ini kan multibudaya, jadi multikultur. Kalau mau menampilkan satu budaya saja, tidak bisa. Nah, ini juga jadi problem dari museum, bagaimana bisa menampilkan kekayaan budaya secara utuh,” beber Puji.
Pengumpulan koleksi berupa benda sejarah, lukisan, foto, maupun peninggalan warga Samarinda masih menghadapi tantangan besar. Menurut Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sri Puji, museum kesulitan mendapat kepercayaan masyarakat untuk meminjamkan atau menyerahkan koleksi berharga mereka.
“Belum lagi kita mencari orang-orang yang mungkin memiliki lukisan, foto, atau barang-barang lama milik Kota Samarinda. Itu pun masih sulit karena masyarakat belum sepenuhnya percaya untuk menyerahkan koleksi tersebut,” jelasnya.
Selain itu, keterbatasan anggaran juga membatasi program pengembangan museum. Puji menyebut, meski sudah ada kerja sama dengan sejumlah sekolah, program kunjungan pelajar dari tingkat PAUD hingga SMA masih terbatas karena anggaran kecil dan akses transportasi ke museum yang kurang memadai.
Puji menegaskan, diperlukan solusi agar museum dapat berkembang sebagai ruang edukasi sejarah. “Banyak hambatan yang memang harus segera diatasi. Pertama, struktur organisasi (OPD) sebaiknya dipisahkan sesuai SOTK agar lebih fokus. Kedua, perlu sosialisasi lebih masif, dan ketiga, bagaimana peran serta masyarakat Kota Samarinda untuk ikut mengisi dan menghidupkan museum,” pungkasnya. (nit/ndi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.