Politani Samarinda Latih Warga Harapan Baru Olah Limbah Daun Kayu Putih Jadi Pupuk Cair

Editorialkaltim.com – Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (Politani Samarinda) melalui Program Studi Pengolahan Hasil Hutan menggelar pelatihan pembuatan pupuk cair dari limbah daun kayu putih. Kegiatan ini diikuti oleh ibu-ibu Dasawisma Lily I RT 25 Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Loa Janan Ilir, pada Sabtu (27/9/2025).
Pelatihan ini menjadi bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat Politani Samarinda yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan limbah organik dan mendorong praktik pertanian berkelanjutan di lingkungan perkotaan.
Para peserta terlihat antusias mengikuti setiap tahapan pelatihan. Mereka aktif bertanya tentang bahan yang digunakan, fungsi setiap proses, hingga cara penyimpanan pupuk cair agar tetap efektif digunakan.
Narasumber pertama, Christopaul Pala’langan Toding Layuk, menjelaskan potensi limbah organik di Samarinda yang masih besar namun belum dimanfaatkan secara optimal. Menurutnya, sebagian besar dari sekitar 600 ton sampah per hari merupakan limbah organik yang bisa diolah menjadi pupuk organik cair (POC).
“Limbah organik di Samarinda sebenarnya sangat potensial. POC ini lebih ramah lingkungan, mudah diserap tanaman, dan bisa membantu mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia,” ujar Christopaul.
Ia menambahkan, daun kayu putih memiliki kandungan senyawa alami dan unsur hara organik yang tinggi. Bila dicampur dengan serasah daun lain seperti daun mangga, jati, dan ketapang, hasil fermentasinya bisa menjadi sumber nutrisi yang baik bagi tanaman.
Menurut Christopaul, jika kegiatan seperti ini diterapkan di tingkat rumah tangga secara berkelanjutan, maka bisa membantu mengurangi volume sampah kota sekaligus meningkatkan kesuburan tanah di perkotaan.
Sementara itu, narasumber kedua, Nur Irsa, yang memandu sesi praktik, menekankan bahwa pembuatan pupuk cair bisa dilakukan secara sederhana dengan bahan-bahan yang mudah ditemukan di rumah, seperti limbah dapur dan sisa tanaman.
“Kalau EM-4 tidak tersedia, masyarakat bisa membuat Mikroorganisme Lokal (MOL) dari air cucian beras, air kelapa, atau yakult. Untuk bahan molase, bisa diganti dengan air tebu atau larutan gula,” jelas Nur Irsa.
Selama praktik, peserta dibimbing mencampur daun kayu putih kering, serasah daun, air, dan larutan fermentasi. Suasana pelatihan berlangsung interaktif, dengan peserta aktif menanyakan tanda fermentasi berhasil hingga cara penggunaan pupuk cair pada tanaman pekarangan.
Ketua Dasawisma Lily I, Garini Wodosari, mengapresiasi kegiatan ini. Ia menilai pelatihan tersebut sangat bermanfaat bagi masyarakat dalam mengolah sampah rumah tangga menjadi produk bernilai guna.(adr/ndi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.