Ini Profil Yahya Sinwar Pemimpin Baru Hamas Gantikan Ismail Haniyeh
Editorialkaltim.com – Kelompok Palestina Hamas telah resmi menunjuk Yahya Sinwar sebagai kepala politik mereka, menggantikan Ismail Haniyeh yang tewas dalam serangan yang diduga dilakukan oleh Israel di Tehran pekan lalu.
Pengumuman ini disampaikan pada hari Rabu (7/8/2024), ditengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, dengan Iran yang berjanji akan membalas Israel.
Israel sendiri belum memberikan konfirmasi maupun penolakan terhadap klaim keterlibatannya dalam serangan tanggal 31 Juli tersebut.
Sinwar, yang dikenal sebagai perencana serangan 7 Oktober terhadap Israel, kini ditantang untuk memimpin Hamas melalui periode ketidakpastian di wilayah tersebut dari lokasi yang tidak diketahui di Gaza. Dia telah menjadi musuh utama Israel dan pengangkatannya sebagai kepala biro politik menandakan pesan keras dari Hamas terhadap pemerintah Israel.
Namun, masih menjadi tanda tanya bagaimana Sinwar dapat menjalankan operasi politik sehari-hari dan mengawasi negosiasi gencatan senjata Gaza dalam keadaan bersembunyi. Pejabat Israel juga secara terbuka menyatakan keinginan mereka untuk membunuh Sinwar.
Sinwar lahir tahun 1962 di Khan Younis dan telah lama dikenal sebagai salah satu tokoh paling tak kenal kompromi di Hamas.
Dia telah beberapa kali ditangkap oleh Israel di awal 1980-an karena aktivisme anti-pendudukannya di Universitas Islam Gaza. Setelah lulus, Sinwar ikut mendirikan jaringan pejuang yang kemudian menjadi Brigadir Qassam, sayap militer Hamas.
Mengikuti pendiriannya, Sinwar cepat naik pangkat dalam struktur kekuasaan Hamas setelah dibebaskan dari penjara Israel pada tahun 2011 sebagai bagian dari pertukaran tahanan yang juga membebaskan tentara Israel, Gilad Shalit.
Pada tahun 2012, ia terpilih sebagai anggota biro politik Hamas dan memainkan peran penting dalam serangan militer Israel selama tujuh minggu terhadap Gaza pada tahun 2014. Tahun berikutnya, Amerika Serikat menetapkan Sinwar sebagai “teroris global yang ditunjuk khusus.”
Dalam sebuah wawancara dengan Vice News pada tahun 2021, Sinwar mengatakan bahwa meskipun Palestina tidak ingin perang karena biayanya yang tinggi, mereka tidak akan menyerah hanya karena tekanan.
“Kami telah mencoba perlawanan damai dan populer, namun dunia hanya berdiam diri melihat kejahatan dan pembantaian terhadap rakyat kami,” ujarnya.
Sinwar juga mengkritik taktik Israel yang menggunakan senjata canggih untuk membunuh warga sipil Palestina, sementara Palestina hanya bisa bertahan dengan apa yang mereka punya.
“Apakah dunia mengharapkan kami hanya diam saja sambil dibantai?” tegas Sinwar. (ndi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.