Akademisi Unmul Launching dan Bedah Buku Sedekah Peradaban
Editorialkaltim.com – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kaltim menjadi saksi momen bersejarah dalam dunia sastra lokal dengan dilaksanakannya launching dan bedah buku karya seorang akademisi Universitas Mulawarman (Unmul), Unis Sagena. Dua buku yang diperkenalkan dalam acara ini adalah Tiada Jembatan yang Tak Luka dan Buat Apa Rindu yang Kau Terjemahkan. Acara yang berlangsung secara hybrid ini dihadiri oleh akademisi, mahasiswa, dan penggiat literasi dari berbagai kalangan, Ahad malam (26/01/2025).
Pembedah Pertama, seorang penyair sekaligus akademisi Unmul, Dahri Dahlan dipercaya membedah buku Buat Apa Rindu yang Kau Terjemahkan. Dalam ulasannya, Dahri menyebut bahwa puisi-puisi dalam buku ini menunjukkan konsistensi dan kedalaman makna. Ia menyoroti salah satu puisi di halaman 16 yang menggambarkan kehalusan bahasa dan kekayaan metafora yang sulit ditemukan pada penyair pemula.
Dahri juga memuji penggunaan diksi-diksi langka seperti “jelaga,” yang memperkaya puisi, meskipun ia mengkritik bahwa beberapa ungkapan dalam buku ini terasa klise dan kurang segar.
Selain itu, Dahri memberikan masukan terkait sampul buku yang dianggap terlalu ramai dengan lanskap serta font yang perlu diperhatikan lebih serius.
Namun demikian, ia menilai bahwa secara keseluruhan, buku ini menunjukkan karya yang matang, meskipun ada beberapa aspek teknis yang masih perlu diperbaiki.
Kemudian pembedah kedua, penyair dan akademisi dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Hendra Gunawan membedah buku Tiada Jembatan yang Tak Luka. Dalam ulasannya, ia membandingkan gaya penulisan Unis dengan Muhammad Iqbal, seorang penyair ternama dari Pakistan. Hendra menyoroti bagaimana buku ini mengadopsi gaya Melayu-Inggris dalam diksi, yang memberikan nuansa unik pada puisinya.
Hendra juga mengapresiasi keberanian Unis dalam menyampaikan pesan yang “instan dan telanjang,” meskipun menurutnya kurang mendalam untuk ukuran sebuah puisi. Namun, ia memahami bahwa kebebasan berekspresi adalah hak setiap penyair, yang sering kali menjadi ciri khas karya sastra kontemporer.
“Buku ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga refleksi spiritual dan intelektual dari penulisnya. Ini memberikan pemahaman baru bagi pembaca tentang dunia puisi dan kesastraan,” ungkap Hendra. Ia juga menyoroti perlunya glosarium untuk membantu pembaca memahami diksi-diksi tertentu yang digunakan dalam buku ini.
Sementara itu sang penulis sendiri, Unis Sagena menjelaskan bahwa kedua buku ini merupakan kumpulan tulisan yang berasal dari berbagai fase kehidupannya, mulai dari masa kuliah S1 hingga jenjang S3.
“Buku ini adalah refleksi perjalanan hidup saya yang saya kombinasikan dengan tema-tema dari buku-buku yang saya baca. Dengan menerbitkan buku ini, saya berharap bisa berkontribusi pada dunia literasi sebagai bentuk sedekah peradaban,” ujar Unis.
Ia juga mengungkapkan bahwa proses penulisan buku ini melibatkan diskusi mendalam dengan para pembimbing dan promotor, yang mendorongnya untuk menghadirkan karya sastra yang ringan namun bermakna.
Acara yang berlangsung hingga larut malam ini diwarnai dengan diskusi hangat dan apresiasi dari para peserta. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang peluncuran buku, tetapi juga ruang dialog tentang pentingnya sastra sebagai medium untuk memahami kehidupan dan peradaban.
Dengan lahirnya dua karya sastra ini, Unis Sagena telah menorehkan kontribusi penting dalam dunia literasi, khususnya di Kaltim, sekaligus membuka jalan untuk diskusi-diskusi sastra yang lebih mendalam di masa depan. (Adr)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.