
Editorialkaltim.com – Angka kekerasan terhadap anak di Kalimantan Timur terus meningkat. Sepanjang Januari hingga Juli 2025, tercatat lebih dari 400 anak menjadi korban kekerasan, baik di lingkungan keluarga maupun sosial. Fakta ini memantik kritik tajam dari Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sri Puji Astuti, yang menilai pemerintah gagal memberikan perlindungan nyata bagi anak.
“Kalau per Juli sudah lebih dari 400 anak mengalami kekerasan, artinya program perlindungan anak kita tidak berjalan maksimal. Pemerintah tidak bisa hanya sibuk membuat regulasi tanpa memastikan implementasi nyata di lapangan,” tegas Puji di Samarinda, Kamis (2/10/2025).
Ia menilai kasus kekerasan anak terus berulang karena lemahnya sistem pencegahan. Menurutnya, keluarga dan sekolah yang seharusnya menjadi benteng utama justru minim dukungan pemerintah.
“Keluarga sering dibiarkan jalan sendiri tanpa bekal parenting yang memadai. Sementara sekolah terbebani target akademik, sehingga pendidikan karakter terabaikan. Pemerintah di mana? Seharusnya hadir menguatkan dua pilar utama ini,” ujarnya.
Puji juga menyoroti maraknya kasus perundungan di sekolah yang menunjukkan lemahnya perlindungan anak. Tanpa sinergi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat, anak-anak disebutnya rentan mengalami trauma sejak dini.
“Anak-anak ini generasi penerus, bukan sekadar angka statistik. Kalau dari kecil mereka sudah terluka, bagaimana kita bisa berharap mereka tumbuh menjadi pribadi tangguh?” ucapnya.
Ia mendesak agar Pemprov Kaltim dan Pemkot Samarinda segera memperkuat program pendidikan keluarga dan pengawasan sekolah, bukan hanya berhenti pada seremoni deklarasi ramah anak.
“Selama ini banyak program bagus hanya berhenti di atas kertas. Kita butuh aksi nyata, bukan sekadar laporan,” tutupnya.(nit/ndi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.