BerauKaltim

Usung Cokelat Premium, Bupati Sri Juniarsih Siap Genjot Kakao Fermentasi Berau ke Pasar Dunia

Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas, saat menjadi pembicara kunci dalam Thought Leadership Forum (TLF) ke-33 (Foto: Prokopim Berau)

Editorialkaltim.com – Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, terus mengoptimalkan potensi komoditas kakao sebagai penggerak ekonomi berkelanjutan. Selain sawit, kelapa, karet, dan lada, kakao fermentasi asal Bumi Batiwakkal kini mencuat sebagai produk unggulan yang telah menembus pasar nasional hingga mancanegara. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau berkomitmen memperkuat pendampingan petani dan kolaborasi multisektor untuk menjawab tantangan pengembangan komoditas ini.

Hal ini ditekankan Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas, saat menjadi pembicara kunci dalam Thought Leadership Forum (TLF) ke-33 bertajuk “Jaga Bumi dengan Kakao Fermentasi: Peningkatan Ekonomi melalui Pengelolaan Komoditas Berkelanjutan Berbasis Masyarakat, yang digelar Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) di Hotel Gran Mahakam, Jakarta, Rabu (12/3/2025).

Baca  Diskominfo Kaltim Gandeng Masyarakat Deklarasikan Perang Terhadap Hoaks

“Kakao Berau, khususnya dari Kampung Merasa di Kecamatan Kelay, telah menjadi kebanggaan karena kualitas fermentasinya yang unik. Produk ini bahkan masuk delapan besar kakao fermentasi berkarakter spesifik dalam seleksi nasional menuju Cocoa of Excellence di Paris tahun 2020,” ungkap Sri Juniarsih.

Menurutnya, kakao asal Merasa kini diolah menjadi cokelat premium oleh Pipiltin Cocoa Indonesia, merek yang dikenal di kalangan pecinta cokelat tinggi.

Permintaan pasar yang terus meningkat, kata dia, menjadi momentum untuk memperkuat dukungan terhadap petani, termasuk melalui program Pejuang SIGAP Sejahtera yang fokus pada pemberdayaan masyarakat pedalaman.

Baca  Bupati Berau Tegaskan Ikuti Kebijakan Kemendagri Soal Larangan Pengangkatan Honorer

Sri Juniarsih menegaskan, pengembangan kakao di Berau tidak hanya bertujuan meningkatkan ekonomi, tetapi juga menjadi bagian dari strategi konservasi hutan.

Sebagian besar perkebunan kakao dikelola oleh masyarakat di kampung-kampung tepi hutan, sehingga aktivitas budidaya ini turut mengurangi tekanan terhadap deforestasi.

“Dengan berkebun kakao, masyarakat sekitar hutan mendapat penghidupan yang berkelanjutan tanpa harus merusak alam. Ini sejalan dengan komitmen kami menjaga 75% tutupan hutan alam dari total 2,2 juta hektar luas daratan Berau,” jelasnya.

Data Pemkab Berau menunjukkan, sekitar 1,65 juta hektar kawasan hutan di wilayahnya masih terjaga baik. Kolaborasi dengan YKAN dalam pendampingan petani kakao disebut sebagai salah satu kunci menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan.

Baca  6 Titik Longsor di Perbatasan Berau-Bulungan Sudah Diperbaiki

Meski potensinya besar, Sri Juniarsih mengakui sejumlah tantangan masih menghambat pengembangan kakao di Berau. Mulai dari infrastruktur distribusi yang terbatas, fluktuasi harga, hingga kebutuhan peningkatan kapasitas petani dalam pengolahan pascapanen.

“Kami berkomitmen memperkuat kerja sama dengan pihak swasta, LSM, dan akademisi untuk mengatasi tantangan ini. Kolaborasi adalah kunci agar kakao Berau tetap eksis dan kompetitif,” tegasnya.(ndi)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button