
Editorialkaltim.com – Tugu ikonik baru yang berada di kawasan Simpang Empat Lembuswana, yang sempat menghebohkan di Kota Samarinda, dengan nilai pembangunannya yang mencapai Rp1,1 miliar.
Namun, kini siluet tugu Pesut tersebut kembali menjadi perbincangan di sosial media, lantaran dibandingkan dengan Tugu Biawak di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo. Meski hanya memakan biaya pembangunan Rp50 juta, Tugu Biawak tersebut sangat menyerupai biawak asli.
Hal ini membuat Ketua Komisi III DPRD Kota Samarinda, Deni Hakim Anwar, angkat suara terkait perbandingan dua tugu dari daerah yang berbeda ini.
“Sebenarnya tugu yang ada di dua tempat tidak bisa dijadikan perbandingan, apalagi dari bentuk,” kata Deni, Rabu (23/4/2025).
Menurut Deni, perbandingan dua tugu tersebut memang dianggap berbeda. Pada Tugu Biawak memang sangat menyerupai biawak aslinya, sedangkan Tugu Pesut merupakan siluet yang hangat menampilkan garis luar tanpa menyerupai wujud asli, namun menampilkan nilai seni modern.
“Dari tugu Pesut ini merupakan siluet yang menunjukkan seni kontemporer yang sudah banyak diterapkan pada kota besar lainnya, hingga di luar negeri seperti Singapura,” ujarnya.
Deni menekankan, perbandingan dari kedua tugu tersebut memiliki pesan yang disampaikan dengan cara yang berbeda. Dan bahan baku, hingga konsep dibandingkan tugu seharga Rp50 juta dengan Rp1,1 miliar jelas tidak apple to apple.
“Poin penting dari tugu tersebut adalah jika nilai seni itu tidak memiliki batasan,” tegasnya.
Terakhir, Deni juga menyebut Siluet Tugu Pesut tersebut adalah simbol dari kemajuan kota dan representasi gaya seni modern yang berbeda pada patung Pesut yang sebelumnya.
“Sehingga segala sesuatu yang digarap oleh pemerintah kota tentu sesuai dengan perencanaan dan tanggung jawabnya,” tutup Deni. (Nit)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.