Talkshow “Kartini Hari Ini” Soroti Isu Perempuan dan Lingkungan

Editorialkaltim.com – Komunitas Akar Kuning Samarinda menggelar talkshow bertema “Kartini Hari Ini: Menyambung Perjuangan dalam Ruang Akademia” dalam rangka memperingati Hari Kartini. Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber yang membahas perjuangan perempuan masa kini dalam ranah akademis, sosial, dan lingkungan hidup. Kegiatan tersebut selenggarakan di Atrium Samarinda Central Plaza Samarinda, Minggu (27/04/2025).
Narasumber pertama, Koordinator Pusat Penelitian Kesetaraan Gender dan Perlindungan Anak (P2KGPA) Universitas Mulawarman, Suryaningsi, membuka diskusi dengan menekankan pentingnya perempuan untuk terus berkarya dan membuka diri. Ia menyoroti tantangan kultur patriarki yang masih mengakar, seperti stereotip perempuan yang diharapkan selalu mengurus rumah tangga.
“Perubahan harus dimulai dari rumah. Perempuan juga berhak berkiprah di ruang publik,” tegasnya.
Suryaningsi juga menyinggung kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan yang kerap ia tangani. Ia mengajak agar perempuan berani memperjuangkan haknya, dan mengingatkan pentingnya perguruan tinggi sebagai wadah perubahan.
“Lingkungan dan perempuan tidak bisa dipisahkan. Jika perempuan diberi ruang, mereka mampu melahirkan generasi berkualitas,” katanya.
Sementara itu, Dosen dan Peneliti Universitas Mulawarman yang juga Pendiri Kolektif Akar Kuning, Safaranita Nur Effendi, berbagi pengalaman tentang pentingnya kolaborasi antar komunitas dalam memperjuangkan pendidikan perempuan.
“Perempuan yang duduk di legislatif jarang mengangkat isu tentang perempuan itu sendiri,” ujarnya.
Ia juga menyoroti isu toxic relationship dan pentingnya pasangan yang saling mendukung. Terinspirasi dari ecofeminisme, Safaranita menekankan keterkaitan antara perempuan dan pelestarian lingkungan. Lewat salah sayu karya tulisnya, menyoroti persoalan Muara Kate, ia menggambarkan perjuangan perempuan adat melawan eksploitasi tambang.
“Perempuan yang pertama kali menghalangi truk tambang adalah seorang Ibu. Ini bukti nyata betapa perempuan terdampak langsung,” ucapnya.
Kemudian narasumber ketiga, Koordinator Pengembangan Program, Pemberdayaan dan Gender Yayasan Mangrove Lestari, Nurhasniati, menceritakan pengalamannya memberdayakan kelompok Ibu-ibu di Muara Badak dalam pelestarian mangrove.
“Menjaga lingkungan bukan hanya tugas pemerintah. Ini tugas kita semua,” kata Nurhasniati.
Ia menekankan pentingnya literasi lingkungan untuk memperkuat peran perempuan di masyarakat. Salah satu suksesnya adalah memberdayakan masyarakat Desa Saliki hingga mampu mengirim amplang ke Samarinda. Namun, ia juga menyebutkan beberapa tantangan seperti minimnya kebijakan lingkungan di tingkat desa dan dampak pencemaran terhadap mata pencaharian masyarakat pesisir.
“Kalau jantung Indonesia, yaitu Kaltim, tidak dijaga, kita akan kehilangan segalanya,” ujarnya.
Ketiga narasumber sepakat bahwa semangat Kartini harus terus hidup di era modern, melalui perjuangan di bidang pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan pelestarian lingkungan. (Adr)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.