Libatkan PAUD dan Tanoto Foundation, Desa Loa Pari Perkuat Pencegahan Stunting Sejak Dini

Editorialkaltim.com – Pemerintah Desa Loa Pari, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), terus menguatkan upaya pencegahan stunting melalui pendekatan holistik dan berbasis keluarga. Tak hanya mengandalkan layanan Posyandu, desa kini bersinergi dengan lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD) dan Tanoto Foundation guna menanamkan kesadaran hidup sehat sejak dini.
Kepala Desa Loa Pari, I Ketut Sudiyatmika, menyebut kolaborasi ini menjadi salah satu terobosan penting, terutama dalam mengedukasi orang tua mengenai pola asuh dan gizi anak. Program ini dilaksanakan dengan pendekatan berbasis keluarga yang menitikberatkan perubahan pola pikir dan perilaku di tingkat rumah tangga.
“Yang diubah bukan hanya anaknya, tapi juga mindset orang tuanya. Karena pendekatan pencegahan stunting dilakukan dari rumah,” jelas Ketut.
Tanoto Foundation, sebagai mitra dalam program ini, turut melibatkan tenaga pendidik untuk mendampingi kegiatan terintegrasi bersama Posyandu. Sasaran edukasi tidak hanya balita, tetapi juga para orang tua, agar pemahaman tentang pentingnya gizi seimbang dan stimulasi tumbuh kembang anak menjadi lebih menyeluruh.
Sebagai pelengkap Posyandu, Pemdes Loa Pari juga mendirikan Kelompok Bermain (KB) yang menjadi transisi penting sebelum anak masuk jenjang pendidikan lebih tinggi. Ketut menilai dampaknya sangat positif terhadap tumbuh kembang anak.
“Saya mengamati ada dua anak, satu ikut kelompok bermain, satunya hanya Posyandu. Hasilnya berbeda. Anak yang ikut kelompok bermain lebih interaktif, komunikatif, dan percaya diri,” tuturnya.
Antusiasme masyarakat terhadap program ini cukup tinggi. Bahkan anak-anak dari perangkat desa pun turut didaftarkan. Para kader Posyandu mencatat peningkatan signifikan pada anak-anak KB, khususnya dalam hal keberanian dan kemampuan berkomunikasi.
“Mereka lebih berani, komunikasinya bagus. Ini penting untuk menyiapkan generasi emas. Kalau tidak disiapkan dari sekarang, kita khawatir mereka akan tertinggal,” kata Ketut.
Ia menegaskan pentingnya akses pendidikan yang setara bagi semua anak, terlepas dari latar belakang sosial dan ekonomi keluarga.
“Anak petani pun bisa jadi ranking satu. Anak tukang becak bisa jadi juara kelas. Asalkan diberi ruang dan pendidikan yang layak sejak dini,” tegasnya.
Namun demikian, Ketut mengakui bahwa fasilitas Posyandu yang telah diperbaiki tahun lalu masih belum memadai. Untuk itu, pihaknya berkomitmen terus meningkatkan infrastruktur penunjang layanan kesehatan dan pendidikan anak.
“Sehingga tidak ada lagi anak-anak stunting di desa kita, dan tidak ada lagi anak yang tertinggal dalam tumbuh kembangnya,” pungkasnya. (Roro/ADV)