Suara PSI Melonjak Tinggi, Grace: Itu Wajar, Jangan Giring Opini Sesatkan Publik
Editorialkaltim.com – Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menanggapi peningkatan perolehan suaranya dalam rekapitulasi suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan seruan agar semua pihak menjauhi pernyataan tendensius.
Menurut data real count KPU, perolehan suara PSI tercatat meningkat, mencapai 3,13 persen dari total suara yang telah dihitung hingga Sabtu, 2 Maret 2024 pukul 12.00, dengan 65,73 persen suara telah terhitung.
Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, Grace Natalie, dalam keterangan pers yang dirilis menyatakan bahwa fluktuasi dalam perolehan suara, baik itu penambahan maupun pengurangan merupakan bagian normal dari proses rekapitulasi.
“Penambahan termasuk pengurangan suara selama proses rekapitulasi adalah hal wajar. Yang tidak wajar adalah apabila ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini dengan mempertanyakan hal tersebut,” ujarnya.
Grace Natalie juga menyerukan kepada seluruh pihak agar mengambil sikap yang adil dan proporsional dalam menanggapi proses rekapitulasi suara oleh KPU. Grace menekankan pentingnya kesabaran dan integritas dalam menunggu pengumuman resmi hasil perhitungan suara oleh KPU, menghindari segala bentuk spekulasi atau pembentukan opini yang dapat menyesatkan publik.
“Kita tunggu saja hasil perhitungan akhir KPU. Jangan menggiring opini yang menyesatkan publik,” tegas Grace.
Grace juga menyoroti bahwa masih terdapat lebih dari 70 juta suara yang belum dihitung, dengan sebagian besar berada di wilayah basis pendukung Presiden Joko Widodo, di mana PSI memiliki dukungan signifikan.
Perbedaan antara hasil hitung cepat oleh lembaga survei Indikator dan rekapitulasi KPU, yang menunjukkan PSI berada di angka 2,66 persen dan 3,13 persen berturut-turut, dianggap tidak signifikan.
Politisi PSI lainnya, Ade Armando, menanggapi spekulasi mengenai potensi campur tangan atau kecurangan yang menguntungkan PSI dengan menunjukkan bahwa jika memang ada intervensi, kenaikan suara partai tersebut seharusnya sudah terjadi sejak awal proses rekapitulasi.
“Kalau memang Pak Jokowi itu cawe-cawe atau intervir, ya kenapa sekarang ya, kenapa angkanya masih 3,13. Kalau memang mau cawe-cawe atau intervensi ya dari awal donk,” kata Ade. (ndi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.