gratispoll
KaltimMahakam UluSamarinda

PLN Bidik 1.122 MW Energi Hijau di Kaltim, Izin dan Akses Jadi Batu Sandungan

Director of Mineral and Coal Engineering and Environment, Directorate General of Mineral and Coal (DGMC) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sekaligus perwakilan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), Hendra Gunawan (Foto: Editorialkaltim/Salman)

Editorialkaltim.com – PT PLN (Persero) berkomitmen mempercepat transisi menuju energi hijau lewat Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) terbaru. Kalimantan Timur menjadi salah satu wilayah strategis, dengan target pembangunan energi baru terbarukan (EBT) mencapai 1.122 megawatt (MW) dalam periode 2025–2034.

Komitmen itu ditegaskan dalam RUPTL yang dijuluki sebagai “RUPTL terhijau” sepanjang sejarah PLN. Director of Mineral and Coal Engineering and Environment, Directorate General of Mineral and Coal (DGMC) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sekaligus perwakilan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), Hendra Gunawan, mengatakan Kaltim memiliki potensi besar dari berbagai sumber energi, mulai dari tenaga air, surya, biomassa, hingga gas. Namun, ia menilai pengembangan EBT masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama soal perizinan dan infrastruktur transmisi.

Baca  Gowes Sepeda Pesta Rakyat Kaltim 2025 Berjalan Sukses, Peserta Puas dengan Sistem dan Rute Baru

“Pusat pembangkit EBT banyak berada di daerah terpencil, sementara pusat beban listrik ada di kawasan industri seperti IKN, Balikpapan, dan Kutai Timur. Ada mismatch yang harus dijembatani dengan pembangunan jaringan transmisi,” kata Hendra baru-baru ini.

Salah satu proyek strategis yang sedang digarap ialah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batokelo di Mahakam Ulu. Wilayah ini memiliki potensi tenaga air besar, namun aksesnya masih terbatas.

Saat ini, jaringan transmisi baru mencapai Kota Bangun dan ditargetkan diperpanjang hingga Melak dalam dua tahun ke depan. Dari sana, perjalanan menuju Mahakam Ulu masih memerlukan waktu sekitar enam jam lewat jalur sungai dan melintasi kawasan hutan.

Baca  Rieke Diah Pitaloka Tantang Transparansi PLN, Minta Rinci Skema Dana Triliunan untuk IKN

“Tantangannya bukan hanya membangun pembangkit. Kita juga harus mengurus perizinan, membangun infrastruktur transmisi, dan memperhatikan aspek sosial serta lingkungan,” ujarnya.

Pembangunan PLTA juga memerlukan kajian mendalam terkait dampak sosial bagi masyarakat sekitar, terutama bila pembangunan bendungan memengaruhi permukiman. Proyek ini sudah masuk dalam RUPTL, dan penandatanganan awal dilakukan dua bulan lalu.

Selain tenaga air dan surya, PLN juga mulai mengoptimalkan potensi biomassa dari limbah industri kelapa sawit. PLN bekerja sama dengan beberapa perusahaan untuk membeli kelebihan daya dari pembangkit biomassa milik mereka.

“Kalau perusahaan memproduksi 10 MW dan hanya memakai 5 MW, sisanya bisa disalurkan ke PLN,” tambahnya.

Baca  Rasio Desa Berlistrik di Kaltim Baru 89 Persen

PLN mencatat total investasi untuk pembangunan pembangkit EBT hingga 2034 mencapai sekitar USD 131 miliar. Pembangunan tak hanya dikerjakan PLN, tapi juga melibatkan Independent Power Producer (IPP) dan pihak swasta.

Untuk memperkuat distribusi energi bersih dalam skala besar, PLN juga menyiapkan pembangunan super grid hingga 2035 yang akan menghubungkan kelistrikan antar pulau seperti Jawa–Kalimantan dan Kalimantan–Sulawesi. Teknologi kabel laut yang sudah digunakan di sistem Jawa–Bali akan menjadi acuan untuk proyek super grid ini.(sal/ndi)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.

Related Articles

Back to top button