Pemdes Loa Pari Prioritaskan Layanan Kesehatan Balita dan Lansia Lewat Pendekatan Kolaboratif

Editorialkaltim.com – Pemerintah Desa Loa Pari, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), terus berkomitmen meningkatkan kualitas layanan kesehatan dasar, terutama bagi kelompok rentan seperti balita dan lansia. Melalui optimalisasi Posyandu dan kerja sama erat dengan Puskesmas, desa mendorong pemerataan akses kesehatan di seluruh wilayah.
Kepala Desa Loa Pari, I Ketut Sudiyatmika, mengungkapkan bahwa seluruh pelayanan balita saat ini terpusat pada satu Posyandu yang telah berjalan cukup efektif. Sementara itu, pelayanan bagi lansia dibagi menjadi dua kelompok untuk memastikan penanganan yang lebih maksimal.
“Kalau untuk balita, kita hanya ada satu posyandu dan semua sudah tertangani. Untuk lansia kita bagi dua, karena penanganannya memang berbeda dan lebih memakan waktu,” ujar Ketut, belum lama ini.
Meski secara fasilitas tergolong cukup, Ketut tak menampik adanya tantangan di lapangan, salah satunya dalam menjalin komunikasi dengan sebagian orang tua yang belum kooperatif. Beberapa kasus bahkan melibatkan gangguan kesehatan menurun yang bersifat genetik.
“Memang ada beberapa orang tua yang sulit diajak bekerja sama. Kalau mentalnya diperbaiki, anaknya bisa tertolong. Tapi ada juga yang gangguannya sudah menurun dari nenek, ke anak, sampai cucu,” jelasnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Pemdes Loa Pari melibatkan petugas Puskesmas, aparat desa, dan Linmas dalam pendekatan dari pintu ke pintu. Pendekatan ini terbukti cukup efektif, terutama dengan kehadiran tokoh desa yang disegani warga.
“Biasanya kalau ada aparat desa, warga lebih sungkan. Alhamdulillah, ada kemajuan dengan beberapa kasus yang kini menjalani pengobatan,” tambahnya.
Desa juga menyiapkan layanan antar jemput bagi warga yang membutuhkan rujukan ke rumah sakit. Selama proses pemeriksaan awal, pasien akan didampingi oleh bidan desa agar mendapatkan pelayanan medis yang sesuai.
“Kami terus memantau dan mendampingi bersama Puskesmas, tapi laporan lanjutan terkadang sulit didapat karena pola pikir orang tua yang belum terbuka,” ucapnya.
Ketut menegaskan bahwa pendekatan yang dilakukan tetap mengedepankan prinsip edukatif dan persuasif, tanpa mengabaikan hak serta privasi warga.
“Fokus utama tetap pada lansia dan balita, sebagai kelompok yang membutuhkan perhatian khusus dalam mewujudkan masyarakat desa yang sehat dan sejahtera,” pungkasnya. (Roro/ADV)