
Editorialkaltim.com – Kondisi hutan mangrove di Kutai Kartanegara (Kukar) terus mengalami penurunan drastis. Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, mengungkapkan pada 1994 kawasan mangrove di daerah itu masih mencapai 50 ribu hektare, namun pada 2024 hanya tinggal 23 ribu hektare.
“Dulu mangrove kita sangat luas dan hijau, terutama di Delta Mahakam. Sekarang, banyak yang hilang akibat alih fungsi lahan, aktivitas industri, dan pembangunan infrastruktur,” kata Seno saat membuka Talkshow Hari Mangrove Sedunia di Pendopo Odah Etam, Selasa (26/8/2025).
Ia menjelaskan, selain pembukaan lahan, aktivitas pertambangan dan penebangan juga menjadi faktor utama yang mempercepat penyusutan mangrove di Kukar. Hasil kajian 2004–2024 menunjukkan, deforestasi paling banyak terjadi di Area Penggunaan Lain (APL) dan hutan produksi. Akses transportasi sungai maupun darat membuat kawasan ini rentan terhadap eksploitasi.
Seno menambahkan, upaya rehabilitasi pun belum maksimal. Tingkat keberhasilan penanaman mangrove hanya berkisar 30–40 persen. Kondisi itu dipengaruhi oleh salinitas, gelombang tinggi, dan kualitas tanah yang tidak selalu mendukung pertumbuhan.
Ia mengingatkan, jika kehilangan mangrove tidak segera diatasi, ancaman abrasi pantai hingga hilangnya habitat biota laut akan semakin nyata.
“Kita harus melindungi mangrove yang masih ada, bukan hanya menanam yang baru. Kolaborasi adalah kunci,” tegasnya. (adr/ndi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.