Makanan Bergizi Gratis: Investasi Gizi Anak dan Penggerak Ekonomi Lokal

Editorialkaltim.com – Sebanyak 82 persen anak sekolah dasar diketahui terdampak asupan pangan yang tidak sehat, terutama dari konsumsi jajanan di sekitar sekolah. Temuan ini dipublikasikan dalam The 5th International Conference on Public Health 2024 dan menunjukkan masih rendahnya kualitas pangan yang dikonsumsi anak-anak usia sekolah.
Pelaksanaan Program Makanan Bergizi Gratis (MBG), khususnya di daerah terpencil yang kaya sumber pangan lokal, dinilai berpotensi besar tidak hanya meningkatkan kualitas gizi anak, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Hal ini sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal yang ditetapkan pada 15 Agustus 2024. Perpres tersebut menekankan penguatan kebijakan, promosi konsumsi pangan lokal, pengembangan UMKM pangan, serta peningkatan distribusi lokal untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan mencapai kemandirian pangan.
Lingkungan sekolah yang masih menyediakan jajanan tinggi MSG, gula, dan lemak jenuh berpotensi memengaruhi sistem kesehatan anak. Kebiasaan mengonsumsi makanan siap saji telah menjadi hal lumrah di kalangan peserta didik. Cita rasa manis dari pemanis buatan serta gurih dari makanan dan minuman kemasan menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Pada usia yang seharusnya dipenuhi asupan bergizi dan bernutrisi untuk mendukung tumbuh kembang, anak-anak justru dihadapkan pada risiko penyakit seperti obesitas, kekurangan gizi, hingga gangguan kesehatan jangka panjang.
Atas kondisi tersebut, pemerintah mengerahkan Program Makanan Bergizi Gratis sebagai salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan gizi anak.
Morotai, Maluku Utara, menjadi contoh daerah dengan tantangan logistik tinggi, namun memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kondisi ini membuka peluang bagi pemerintah untuk memanfaatkan pangan lokal sebagai basis pelaksanaan MBG bagi anak-anak. Meski daerah terpencil memiliki keterbatasan kapasitas logistik, potensi hasil laut dan pertanian lokal Morotai dapat menjadi andalan utama program MBG.
Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan NFA, Andriko Noto Susanto, menyatakan bahwa Morotai merupakan daerah surplus ikan yang menjadi sumber protein berkualitas tinggi.
“Morotai adalah daerah surplus ikan, sumber protein berkualitas tinggi, yang bisa menjadi andalan gizi anak-anak sekolah,” ujarnya saat kunjungan kerja bersama Kemenko Bidang Pangan pada 7–8 Agustus 2025.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi generasi penerus bangsa sangat memengaruhi kemampuan berpikir dan tumbuh kembang anak. Asupan karbohidrat, protein, vitamin, dan zat gizi lainnya dibutuhkan untuk mendukung kualitas fisik dan mental. Pelaksanaan MBG di Morotai memanfaatkan bahan pangan lokal yang tersedia, seperti ikan dan beras, sehingga mendorong perputaran ekonomi daerah dan mengurangi ketergantungan pasokan dari luar wilayah.
Keberhasilan program MBG membutuhkan kerja sama berbagai pihak, mulai dari petani, nelayan, peternak, hingga mitra lokal yang berperan sebagai penyedia dan pengolah bahan pangan sebelum disalurkan kepada peserta didik.
Selain itu, MBG juga membuka peluang ekonomi melalui pembukaan lahan pertanian, termasuk program penanaman sawah di Kalimantan, Sumatra, dan Papua. Pembukaan sawah seluas 2 juta hektare menghasilkan kenaikan surplus beras dengan stok cadangan nasional lebih dari 4 juta ton, tertinggi sepanjang sejarah, sebagaimana dikutip dari Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. Capaian ini berdampak signifikan terhadap perekonomian masyarakat setempat melalui pembukaan lapangan pekerjaan baru.
Program MBG turut membentuk ekosistem ekonomi yang lebih baik. Salah satu contoh terlihat di Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.
“Kami mengapresiasi SPPG Margomulyo karena bukan hanya memastikan kualitas bahan pangan, tetapi juga memberdayakan petani dan peternak sekitar. Hasil tani setempat dibeli dengan harga yang baik sehingga memberi keuntungan bagi masyarakat,” ujar Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Gizi Nasional (BGN), Khairul Hidayati.
Dampak ekonomi program MBG dirasakan melalui proses pengadaan bahan pangan yang melibatkan masyarakat lokal. Meski tidak selalu terlihat secara langsung, kebutuhan bahan pangan dalam jumlah besar mendorong keterlibatan petani, peternak, nelayan, serta pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di daerah.
Kondisi ini membentuk rantai pasok lokal yang lebih mandiri dan berkelanjutan. Permintaan produk pangan lokal yang terus meningkat mendorong sektor pertanian dan pangan daerah menjadi lebih aktif dan produktif. Dampak lanjutannya adalah terbukanya peluang kerja baru di berbagai sektor, mulai dari produksi bahan baku, distribusi, hingga pengolahan pangan.
Perputaran ekonomi yang terjadi di wilayah setempat turut meningkatkan pendapatan masyarakat serta menjaga keberlangsungan aktivitas pasar tradisional dan usaha kecil. Hal ini menjadi penghubung antara pengelola MBG dengan UMKM lokal dalam produksi MBG secara berkala, sekaligus membuka peluang bagi petani, peternak, dan nelayan lokal.
Keterlibatan petani, nelayan, UMKM, hingga Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam produksi MBG memberikan dampak positif terhadap sektor ketenagakerjaan. Program ini membantu meningkatkan pendapatan warga melalui penciptaan lapangan kerja baru. MBG bukan hanya program pemenuhan gizi, tetapi juga investasi jangka panjang untuk membentuk generasi sehat dan produktif yang mendukung proses pembelajaran di sekolah.
Program MBG bertujuan meningkatkan kualitas anak bangsa agar tumbuh sehat, cerdas, dan siap berkompetisi. Di saat yang sama, MBG menjadi penggerak ekonomi lokal dengan menciptakan lapangan pekerjaan mulai dari pengumpulan bahan pangan hingga pengolahan. Dengan pemanfaatan hasil pangan lokal secara terstruktur hingga tersaji di piring anak-anak, program ini diharapkan mampu memberikan asupan yang tepat bagi generasi bangsa.
Penulis dari Mahasiswa Program Studi S1 Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
Alisyah Winanda Azzahra
Putri Utami Titin Julianti
Hazizah Rafa Herina
Cinta Malika Azzahra Arni
Muhhammad Arrosyid Nugroho
Muhammad Arrozzaq Nugroho
Serdi Adriani Saputra
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi editorialkaltim.com
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.



