Libatkan Aktivis Kampus dalam Riset, KAMMI Beri Apresiasi dan Catatan Kritis Mendiktisaintek

Editorialkaltim.com – Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMMI), Nazmul Watan, M.Sc, menyampaikan apresiasi untuk Mendiktisaintek Prof Brian atas inisiasi mengalokasikan dana sebesar Rp1,9 triliun guna mendukung kegiatan riset. Alokasi dana tersebut turut melibatkan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi di dalamnya.
Nazmul menyampaikan, kebijakan ini merupakan terobosan penting dalam sejarah pendidikan tinggi di Indonesia. Ia menilai kebijakan tersebut memposisikan mahasiswa bukan hanya sebagai agent of change dalam ranah wacana, tetapi juga sebagai agen solusi yang menghadirkan karya nyata berbasis riset dan inovasi.
“Riset adalah napas kemajuan peradaban. Ketika mahasiswa diberi ruang, kepercayaan, dan dukungan sumber daya, maka gagasan-gagasan mereka tidak hanya berhenti di forum diskusi, tetapi menjelma menjadi solusi konkret yang menjawab tantangan zaman,” ungkap Nazmul di Jakarta, Selasa (12/8/2025).
Keterlibatan BEM dalam penelitian akan memperkuat ekosistem kolaboratif antara perguruan tinggi, pemerintah, dan dunia industri. Hal ini, menurutnya, sejalan dengan paradigma triple helix yang telah terbukti efektif dalam mengakselerasi inovasi dan daya saing bangsa.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan transformasi daya kritis ke arah riset dan inovasi merupakan langkah strategis yang sejalan dengan peran mahasiswa sebagai agen perubahan.
“Kritik yang dibangun atas dasar penelitian dan inovasi akan lebih berpengaruh serta memiliki peluang besar untuk diadopsi sebagai kebijakan publik,” pungkasnya.
Sebaliknya, ia juga menyoroti pernyataan Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah IV, Lukman, yang menyatakan bahwa dana proyek sebesar Rp200–300 juta per proposal untuk BEM lebih berguna ketimbang aksi demonstrasi. Ia menyayangkan sudut pandang demikian. Menurutnya, demonstrasi adalah bagian penting dari tradisi akademik dan medium kritis dalam menyuarakan aspirasi masyarakat.
“BEM itu daripada demo… kita danai Rp200–300 juta per proyek unggulan mereka,” ujar Lukman saat menghadiri Konvensi Sains Teknologi Industri Indonesia (KSTI) di Bandung.
“Tindakan kolektif seperti unjuk rasa bukanlah sekadar kritik kosong, melainkan refleksi tanggung jawab moral mahasiswa,” tambah Nazmul.
Lebih lanjut, ia menjelaskan semangat demokrasi kampus justru lahir dari interaksi aktif antara kritik dan dialog. Hal tersebut tidak dapat dikonfrontasikan dengan mengesampingkan aksi demo yang dilakukan mahasiswa.
Adapun pemberian dana besar seharusnya tidak menjadi alasan untuk membungkam ruang demokrasi. KAMMI mendesak agar pemerintah dan institusi pendidikan memberikan ruang yang sama antara inovasi dan kemerdekaan beropini secara damai.
Nazmul menegaskan KAMMI siap menjadi mitra strategis untuk memastikan program ini berjalan optimal, serta akan mendorong seluruh kader KAMMI yang menjadi pimpinan BEM hari ini agar mengkonsolidasikan peluang ini secara maksimal demi penguatan kapasitas intelektual dan kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat.
“Ini bukan hanya tentang angka Rp1,9 triliun, melainkan tentang investasi jangka panjang pada masa depan bangsa,” tegasnya. (adr/ndi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.