
Editorialkaltim.com – Ubur-ubur yang mendiami perairan Danau Kakaban di Kabupaten Berau tidak hanya sekadar satwa laut, tetapi merupakan salah satu spesies purbakala yang telah berada di bumi sejak jutaan tahun lalu.
Fenomena ini diungkapkan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Timur, Sri Wahyuni, dalam seminar Marfish di Universitas Mulawarman, yang menyoroti keunikan dan pentingnya pelestarian ubur-ubur tersebut.
Sri Wahyuni menjelaskan, ubur-ubur Kakaban merupakan contoh evolusi yang masih terus berlangsung, dan menjadi salah satu daya tarik utama bagi pengembangan ekowisata di wilayah tersebut.
“Keberadaan ubur-ubur ini sangat unik dan menjadi bukti nyata dari keanekaragaman hayati yang harus kita lindungi,” kata Sri Wahyuni baru-baru ini.
Berdasarkan studi dan observasi, ubur-ubur di Danau Kakaban tergolong unik karena dapat bertahan hidup di lingkungan yang terisolasi, tanpa predator alami.
Karakteristik ini tidak hanya menjadikan mereka penting dari sisi ilmiah, tetapi juga sebagai objek wisata yang menarik minat peneliti dan wisatawan dari seluruh dunia.
Mengambil inspirasi dari Nepal, Sri Wahyuni mengusulkan penerapan model pembatasan kunjungan yang serupa untuk menjaga keberlangsungan ubur-ubur Kakaban.
“Negara Nepal telah sukses menerapkan seleksi dan tarif tertentu bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan alamnya. Hal serupa perlu kita terapkan di Kakaban untuk mengontrol jumlah pengunjung dan memastikan pelestarian jangka panjang,” ujarnya.
Sri Wahyuni mengatakan kebijakan pembatasan ini diharapkan tidak hanya akan melindungi ubur-ubur dan ekosistemnya, tetapi juga meningkatkan nilai edukasi dan ekonomi dari ekowisata di Kalimantan Timur, sehingga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat lokal serta pelestarian alam.(ndi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.