Krisis Gaza: 300.000 Warga Mengungsi dalam Seminggu Terakhir Akibat Invasi Israel

Orang-orang melarikan diri dari bagian timur Rafah setelah militer Israel mulai mengungsikan warga sipil Palestina menjelang serangan yang diancamkan terhadap kota Gaza selatan di Rafah, di Jalur Gaza bagian selatan pada 6 Mei 2024 (Foto: Reuters)

Editorialkaltim.com – Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertugas membantu warga Palestina di Gaza, UNRWA, mengungkapkan pada hari Minggu (12/5/2024) sekitar 300.000 orang telah melarikan diri dari Rafah dalam seminggu terakhir.

Kota di ujung selatan Gaza ini telah menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari satu juta pengungsi yang menghindari serangan udara Israel selama tujuh bulan terakhir.

Informasi ini disampaikan melalui media sosial beberapa jam setelah Israel mengeluarkan perintah evakuasi baru untuk Rafah dan wilayah lain di Gaza, yang meningkatkan kekhawatiran akan kemungkinan invasi besar-besaran oleh militer Israel meskipun ada peringatan dari komunitas internasional.

Kemelut di Rafah semakin parah dengan terputusnya layanan internet di wilayah selatan Gaza akibat operasi militer Israel, seperti diungkapkan oleh Paltel, perusahaan telekomunikasi terbesar di Jalur Gaza. Perusahaan tersebut berupaya keras untuk memulihkan konektivitas secepat mungkin.

Situasi kesehatan di Gaza pun kian memprihatinkan. Sistem kesehatan yang sudah nyaris kolaps diperparah dengan penutupan salah satu dari tiga rumah sakit utama di Rafah, yang sebelumnya masih beroperasi meski terbatas.

Sementara itu, kelompok bantuan Dokter Tanpa Batas telah mulai memindahkan pasien mereka ke fasilitas lain karena tidak bisa lagi menjamin keamanan di Rumah Sakit Lapangan Indonesia Rafah.

Sejak Senin lalu, ketegangan meningkat dengan kontrol Israel atas perlintasan perbatasan Gaza-Rafah yang menghentikan sebagian besar aliran bantuan. Serangan udara yang intens telah menyebabkan puluhan korban jiwa, menurut pejabat kesehatan setempat.

Israel juga telah menjatuhkan selebaran di beberapa area Rafah dan Gaza utara pada hari Sabtu, memerintahkan warga untuk mengungsi. Zona kemanusiaan yang diperluas di Al-Mawasi, utara kota, dinyatakan oleh PBB dan pejabat internasional sebagai area yang tidak aman dan tidak memadai untuk menampung pengungsi.

Kritik internasional terhadap tindakan Israel terus berdatangan. Josep Borrell Fontelles, diplomat top Uni Eropa, secara terbuka mengkritik pemaksaan pengungsi ke zona yang tidak aman dan mendesak Israel untuk membatalkan rencana ofensif darat di Rafah, yang bisa memperburuk krisis kemanusiaan.

Sementara itu, respons internasional juga terlihat dari tindakan Presiden AS Joe Biden yang menunda pengiriman senjata ke Israel, menyusul kekhawatiran penggunaannya dalam serangan besar di Rafah. Biden juga memperingatkan akan menahan pengiriman senjata tertentu jika Israel melanjutkan rencana operasinya. (ndi)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.

Exit mobile version