Nasional

Dino Patti Djalal Bandingkan Kemlu dengan Ferrari, Sindir Menlu Sugiono

Diplomat senior Indonesia Dino Patti Djalal (Foto: Dok Pribadi)

Editorialkaltim.com – Diplomat senior Indonesia Dino Patti Djalal menyampaikan evaluasi terbuka terhadap kinerja Menteri Luar Negeri Sugiono. Evaluasi tersebut disampaikan melalui video berdurasi lebih dari sembilan menit yang diunggah di akun Instagram pribadinya, @dinopattidjalal, Minggu (21/12/2025).

Dalam pernyataannya, Dino menyebut kritik itu sebagai bentuk kepedulian terhadap masa depan diplomasi Indonesia. Ia menegaskan berbicara dalam kapasitasnya sebagai tokoh senior Kementerian Luar Negeri, pendukung politik luar negeri Indonesia, ketua organisasi masyarakat hubungan internasional terbesar di Indonesia dan Asia, serta diplomat dengan pengalaman hampir empat dekade.

“Ini adalah message of love and support. Speak truth to power, speak truth to the people,” ujar mantan Wakil Menteri Luar Negeri era Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.

Catatan pertama Dino menyoroti kepemimpinan Sugiono di Kementerian Luar Negeri (Kemlu). Ia menilai Kemlu membutuhkan kepemimpinan yang hadir secara langsung dan konsisten. Menurutnya, seorang Menlu idealnya bekerja penuh waktu atau setidaknya mencurahkan 50 hingga 80 persen perhatiannya untuk memimpin kementerian.

Baca  Pemerintah Ajak China Rancang Pembangunan IKN Nusantara, Luhut: Target 6 Bulan Rampung

Ia menyinggung minimnya arahan strategis kepada perwakilan RI di luar negeri, tertundanya rapat koordinasi duta besar hampir satu tahun, serta menurunnya moral diplomat akibat pemotongan anggaran dan lemahnya respons pimpinan. Dino menilai kondisi ini berpotensi membuat peluang diplomasi strategis tidak dimanfaatkan secara optimal dan hubungan bilateral Indonesia menjadi tidak seimbang.

“Kementerian luar negeri itu seperti mobil Ferrari. Penuh talenta diplomat luar biasa. Tapi Ferrari hanya bisa tampil maksimal jika dikendarai oleh pengemudi yang piawai dan fokus,” kata Dino.

Catatan kedua berkaitan dengan komunikasi publik politik luar negeri. Dino menilai dalam setahun terakhir belum terlihat penjelasan kebijakan luar negeri yang substantif dari Menlu Sugiono, baik di dalam maupun di luar negeri. Minimnya komunikasi ini, menurutnya, berisiko menimbulkan persepsi negatif terhadap arah diplomasi Indonesia.

“Kami tidak ingin Menlu Sugiono mendapat label sebagai silent minister,” ujarnya. Dino juga mengkritik gaya komunikasi yang dinilai terlalu bertumpu pada media sosial berbasis visual tanpa pendalaman substansi kebijakan.

Baca  Jokowi Janjikan Bonus Rp6 Miliar bagi Peraih Medali Emas Olimpiade Paris 2024

Pada catatan ketiga, Dino menyoroti hubungan Menlu dengan para pemangku kepentingan di bidang hubungan internasional, termasuk akademisi, organisasi masyarakat, dan komunitas kebijakan luar negeri. Ia mengungkapkan banyak undangan dialog dan permintaan audiensi yang tidak mendapatkan tanggapan.

“Saat ini kami sebagai konstituen hubungan internasional merasa Menlu sangat jauh, tidak komunikatif, tidak responsif, dan tidak aksesibel,” ucap mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat tersebut. Ia mengingatkan prinsip yang selalu dipegang para Menlu terdahulu, yakni never burn your bridges.

Catatan keempat diarahkan pada perlunya keterbukaan terhadap kerja sama dengan organisasi masyarakat dan komunitas akar rumput di bidang hubungan internasional. Dino menilai upaya membantu Presiden Prabowo seharusnya tidak menutup ruang komunikasi dengan masyarakat.

“Saya paham tugas utama Menlu adalah membantu presiden, tetapi itu tidak berarti memunggungi rakyat. Jika ada inisiatif dari ormas hubungan internasional, kami berharap Menlu bisa lebih responsif,” tuturnya.

Baca  OJK Ingatkan Warga Hati-Hati Saat Diminta Selfie Sambil Pegang KTP

Dino mengungkapkan kritik terbuka tersebut disampaikan setelah jalur komunikasi langsung dengan Menlu Sugiono disebut tidak berjalan selama berbulan-bulan. Ia berharap Sugiono dapat menjadikan empat catatan tersebut sebagai bahan refleksi, bukan sebagai serangan personal.

Menurut Dino, keberhasilan Sugiono sebagai Menteri Luar Negeri akan sangat ditentukan oleh kemampuannya memperkuat kepemimpinan di Kemlu, meningkatkan komunikasi publik, merangkul pemangku kepentingan, serta membuka ruang kolaborasi dengan masyarakat. Jika hal itu diabaikan, ia mengingatkan diplomasi Indonesia berisiko mengalami kemunduran.

“Jika ini tidak dilakukan, Kemlu akan meredup, diplomasi Indonesia menurun, dan Menlu akan dinilai sejarah dengan catatan merah,” ucap Dino.(ndi)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.

Related Articles

Back to top button