Editorialkaltim.com – Gencatan senjata di Sudan, telah berlangsung selama tiga hari, mulai Senin, 24 April hingga Kamis 27 April 2023. Saat ini, Pemerintah Republik Indonesia (RI) tengah melakukan evakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) yang bermukim di Sudan. Termasuk diantaranya, putra-putri daerah Kaltim yang tengah menempuh pendidikan di negara tersebut.
Muhammad Burhanudin Robbani, seorang mahasiswa IUA Sudan asal Gunung Intan, Kecamatan Babulu, Penajam Paser Utara (PPU) membagikan kisahnya. Dia mengatakan, Keamanan di negara Jumhuriyah as-Sudan terus memburuk. Bahkan, departemen bahasa di Kampus 2 IUA juga digunakan sebagai benteng pertahanan pemberontak.
“Situasinya benar-benar sangat mencekam dan mengkhawatirkan,” katanya, saat menceritakan kisahnya kepada kaltimpost.com, dikutip Jumat (28/4/2023).
Mahasiswa jurusan Dirasat Islamiyah itu mengungkapkan, selain dia, ada dua mahasiswa Kaltim yang kuliah di universitas yang sama, yaitu Ahmad Rauf dari Tanah Grogot, Kabupaten Paser, dan satu mahasiswa asal PPU yang kini tinggal di asrama putri.
Selain ruang fakultas bahasa IUA yang dikuasai pemberontak, beberapa kampus lainnya di universitas berbeda sudah dipakai pemberontak untuk melancarkan serangan. Ia mengungkapkan, saat ini bersama mahasiswa asing lainnya yang kuliah di sana sedang mengalami kesulitan air bersih dan pasokan listrik.
“Karena sudah 2 kali 24 jam mati listrik. Kemudian, logistik yang semakin menipis serta akses menuju pasar yang sulit karena dijadikan medan peperangan,” ujarnya.
Ratusan Mahasiswa Asal Indonesia Ada di Sudan
Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Sudan mendata hampir 90 persen dari 850 mahasiswa Indonesia kuliah di IUA, dan berdasarkan data yang diperoleh media ini dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim jumlah mahasiswa asal Kaltim yang kuliah di Sudan semuanya berjumlah 20 orang.
Saat ini, dia telah mengikuti proses evakuasi yang dilakukan dari Khartoum menuju Port Sudan melalui jalan darat menggunakan bus, dengan menempuh jarak 830 kilometer, sebuah perjalanan yang memakan waktu sekira 15 jam. Mereka ini diadang sekitar 15 pos pemeriksaan di sepanjang perjalanan.
Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan menggunakan kapal laut menuju Arab Saudi. Burhan mengungkapkan, bandara yang dikuasai pemberontak adalah bandara internasional, namun masih ada bandara lain, dan militer yang sedang bertikai memberi kesempatan bagi negara lain untuk melakukan evakuasi warganya.
“Hanya diberi waktu 72 jam saja. Ini evakuasi yang penuh risiko, mohon doanya agar kami diberi keselamatan oleh Allah,” ujarnya.
Burhan mengatakan, saat ini 538 WNI dan mereka telah tiba di Pelabuhan Sudan untuk selanjutnya menuju Jedah, Arab Saudi. Jumlah ini sebagian besar adalah pelajar, pekerja migran, karyawan perusahaan Indofood, karyawan KBRI Khartoum dan keluarga mereka.
Saat ini, 385 Warga Negara Indonesia yang terkena dampak konflik militer Sudan telah diberangkatkan dari Bandara Internasional King Abdul Aziz Jeddah menuju Indonesia, pada Kamis (27/4/2023).
[NFA]
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Mari bergabung di Grup Telegram “editorialkaltim”, caranya klik link, https://t.me/editorialkaltimcom kemudian join. Anda harus menginstal Telegram terlebih dahulu di ponsel.