BMKG Prediksi Puncak Musim Kemarau Juli sampai Agustus 2024

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati (Foto: Dok BMKG)

Editorialkaltim.com – Menurut perkiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), periode puncak dari musim kering tahun 2024 akan terjadi di bulan Juli dan Agustus, sementara awal musim kemarau diperkirakan dimulai pada bulan April.

Dwikorita Karnawati, selaku kepala BMKG, menyatakan puncak kemarau di bulan Juli akan berdampak pada mayoritas wilayah Pulau Sumatera, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kalimantan Barat, dan sebagian dari Kalimantan Utara.

“Untuk bulan Agustus, puncak kemarau diperkirakan akan melanda sebagian Sumatera Selatan, Jawa Timur, sebagian besar wilayah Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagian besar Sulawesi, Maluku, dan sebagian wilayah Papua,” ungkapnya.

Karakteristik musim kemarau tahun ini diperkirakan akan berlangsung normal dengan kisaran 359 Zona Musim (ZOM) atau mencakup 51 persen. Meskipun demikian, terdapat beberapa wilayah yang mengalami kemarau dengan intensitas di bawah rata-rata, antara lain beberapa bagian Riau, Bangka Belitung, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Jawa Timur, sebagian Sulawesi, Maluku Utara, dan bagian selatan Papua.

BMKG juga menekankan pentingnya persiapan bagi masyarakat, terutama di daerah yang diprediksi mengalami kemarau dengan intensitas rendah. Hal ini dikarenakan risiko kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan yang bisa terjadi.

Dwikorita mengungkapkan pada konferensi pers yang diadakan pada hari Jumat (15/3/2024) bahwa terdapat risiko kekeringan dan kebakaran lahan serta hutan di beberapa wilayah tersebut.

BMKG juga memberikan saran kepada para petani untuk memperhatikan pemilihan jenis tanaman dan pola tanam di wilayah yang diperkirakan akan mengalami musim kemarau dengan karakteristik lebih basah dari biasanya, yang bisa berpengaruh pada pertanian dan tanaman hortikultura yang sensitif terhadap kondisi curah hujan tinggi.

“Kami mengajak para petani agar lebih berhati-hati dalam memilih varietas tanaman dan menyesuaikan teknik budidaya sesuai dengan prediksi kemarau yang lebih lembab dari biasanya,” ujar Dwikorita. (ndi)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.

Exit mobile version