
Editorialkaltim.com – Pemerintah Kota (Pemkot) terus mengintensifkan pembangunan infrastruktur di Kota Tepian. Namun, pembangunan tersebut justru mendapat berbagai sorotan dari kalangan legislatif.
Anggota Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Anhar, menyoroti pembangunan yang digarap oleh Pemkot Samarinda justru mengabaikan aspek penting seperti serapan air dan penataan ruang. Alhasil, infrastruktur yang dibangun dengan nilai besar tidak mampu bertahan saat musim hujan.
“Setelah hujan, apa yang perlu dibangun? Rusak semua. Terowongan longsor, titik-titik banjir tetap ada,” kata Anhar, Selasa (27/5/2025).
Anhar menyebut penyebab utama banjir adalah praktik pematangan lahan yang sembarangan dan tata ruang yang buruk. Ia menduga adanya izin dari Pemkot Samarinda dalam proses pematangan lahan tersebut.
Persoalan drainase pun turut menjadi sorotan. Pasalnya, parit yang tenggelam menjadi penyebab karena elevasi atau ketinggian pembangunan yang tidak terkontrol.
“Parit-parit tenggelam. Elevasi pembangunan yang tidak terkontrol. Ini mencerminkan lemahnya pengawasan dan perencanaan,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyoroti minimnya perluasan jaringan listrik dan penerangan jalan. Padahal, sektor tersebut merupakan salah satu penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Menurut Anhar, keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dari tingginya gedung atau besarnya anggaran, tetapi dari dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat.
“Gedung bisa dibangun tinggi, namun jika banjir datang semua disapu bersih, lalu apa gunanya?” kata Anhar.
Ia juga kembali mengkritik pembangunan Tugu Pesut yang memakan anggaran sebesar Rp1,1 miliar. Kata Anhar, proyek itu tidak menunjukkan nilai manfaat yang jelas.
“Untuk apa itu dibangun? Bentuknya juga belum tentu seperti pesut,” tegasnya. (nit/ndi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.