Menyambut Tahun Baru 2026 dengan Keprihatinan dan Kedalaman Nurani

Oleh: Masykur Sarmian -Ketua Fokal IMM Kaltim, Ketua Majelis Tabligh PWM Kaltim 1995–2000
Editorialkaltim.com – Pergantian tahun sering kali disambut dengan gegap gempita. Kembang api dinyalakan, pesta disiapkan, dan manusia beramai-ramai merayakan berlalunya waktu. Namun, menyongsong Tahun Baru 2026, ada rasa yang sulit disembunyikan: kegembiraan itu terasa tidak utuh, bahkan canggung. Bukan karena kita antipati terhadap suka cita, melainkan karena bangsa ini sedang berada dalam fase kelelahan batin dan kegelisahan kolektif.
Dalam rentang waktu yang tidak panjang, publik disuguhi rangkaian peristiwa yang menyisakan luka sosial. Aspirasi rakyat yang semestinya menjadi energi demokrasi justru berakhir dalam ketegangan dan kerusuhan. Pada saat yang sama, bencana kemanusiaan di sejumlah wilayah belum sepenuhnya pulih, meninggalkan duka panjang yang tidak selalu hadir di layar media. Belum lagi deretan kasus moral pejabat dan figur publik yang terus bermunculan, mengguncang kepercayaan serta menghadirkan rasa malu sebagai sebuah bangsa.
Jika dicermati lebih dalam, persoalan-persoalan ini bukan sekadar kejadian yang berdiri sendiri. Semuanya merupakan gejala dari satu persoalan besar, yakni krisis integritas dan kepekaan moral. Ketika hukum kehilangan wibawa, etika dipermainkan, dan empati sosial menipis, kegaduhan akan mudah muncul dan luka kemanusiaan akan semakin sulit disembuhkan.
Dalam konteks seperti inilah, pertanyaan mendasar perlu diajukan: masih pantaskah kita menyambut pergantian tahun dengan pesta pora? Ataukah justru inilah saatnya sebuah bangsa menahan diri dan bercermin?
Menahan diri bukan berarti memusuhi kegembiraan. Menahan diri adalah tanda kedewasaan. Dalam tradisi keagamaan dan kebudayaan yang matang, tidak semua momentum dirayakan dengan sorak-sorai. Ada masa ketika manusia diajak tertawa, dan ada masa ketika ia dipanggil untuk merenung. Menyambut Tahun Baru 2026, bangsa ini tampaknya lebih membutuhkan yang kedua.
Agama mengajarkan bahwa waktu adalah amanah. Setiap pergantian hari, bulan, dan tahun merupakan pengurangan jatah hidup sekaligus penambahan tanggung jawab. Oleh karena itu, tahun baru sejatinya adalah ruang muhasabah: tentang apa yang telah kita bangun, apa yang telah kita rusak, dan ke mana kita hendak melangkah. Dalam bahasa iman, inilah saat memperbanyak istigfar. Dalam bahasa kebangsaan, inilah momentum evaluasi nasional.
Bangsa ini tidak kekurangan sumber daya dan tidak pula miskin gagasan. Namun, sejarah menunjukkan bahwa banyak peradaban runtuh bukan karena ketiadaan kekayaan, melainkan karena kehilangan akhlak publik. Pembangunan tanpa fondasi moral hanya akan melahirkan ketimpangan baru. Pertumbuhan tanpa integritas hanya akan mempercepat keruntuhan.
Oleh sebab itu, menyambut Tahun Baru 2026 semestinya dilakukan dengan cara yang lebih elegan dan bermartabat. Bukan dengan menghamburkan energi dan dana untuk kegembiraan sesaat, melainkan dengan mengalihkan perhatian pada hal-hal yang lebih esensial: refleksi, doa, solidaritas, dan kepedulian. Ketika sebagian saudara kita masih berjuang memulihkan hidupnya, empati jauh lebih layak dirayakan daripada kembang api.
Bangsa yang besar bukanlah bangsa yang paling meriah merayakan pergantian waktu, melainkan bangsa yang paling jujur mengakui kekurangannya dan paling serius memperbaiki diri. Keprihatinan bukan tanda kelemahan, melainkan pertanda kesadaran. Dan kesadaran adalah langkah awal dari perubahan.
Semoga Tahun Baru 2026 tidak hanya menjadi pergantian angka, tetapi juga menjadi titik balik cara berpikir dan bersikap. Semoga bangsa ini diberi kemampuan untuk menahan diri di tengah godaan euforia, menundukkan hati di tengah godaan kekuasaan, serta menata kembali arah perjalanan dengan nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan.
Sebab, pada akhirnya, hanya bangsa yang mau bercerminlah yang layak berharap akan masa depan yang lebih jernih.(*)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi editorialkaltim.com
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.



