Keamanan Pangan Kantin Kampus, Fondasi Hidup Sehat Mahasiswa

Editorialkaltim.com – Di tengah ritme kehidupan kampus yang semakin cepat, makanan siap saji menjadi pilihan utama banyak mahasiswa. Praktis, mudah didapat, dan cepat disajikan, makanan ini sering dianggap solusi atas keterbatasan waktu di sela perkuliahan dan aktivitas organisasi. Namun, di balik kepraktisan tersebut, terdapat persoalan mendasar yang kerap luput dari perhatian, yakni keamanan pangan.
Kantin kampus bukan sekadar tempat makan, tetapi juga ruang aktivitas sosial sekaligus sumber pemenuhan gizi bagi mahasiswa. Di sinilah mahasiswa menggantungkan asupan energi harian mereka. Karena itu, keamanan pangan di kantin kampus seharusnya menjadi perhatian bersama. Setiap hidangan yang disajikan harus aman dan higienis, bukan hanya demi kenyamanan, tetapi untuk melindungi kesehatan ribuan mahasiswa dan civitas akademika.
Keamanan pangan siap saji di kantin kampus memiliki peran penting dalam mencegah penyakit bawaan makanan. Kantin yang menerapkan standar keamanan pangan dengan baik dapat menjadi benteng awal dalam menjaga kesehatan lingkungan kampus. Menjamin keamanan pangan bukan sekadar upaya teknis, melainkan langkah strategis dalam menciptakan kampus yang sehat dan produktif.
Tingginya konsumsi makanan siap saji di Indonesia menunjukkan bahwa pola makan ini telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat, terutama mahasiswa perantau. Sayangnya, makanan siap saji umumnya mengandung karbohidrat, lemak, gula, dan garam dalam jumlah tinggi, sementara keseimbangan gizi belum tentu terpenuhi. Jika dikonsumsi terus-menerus tanpa memperhatikan kebersihan dan keamanan, kondisi ini berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan dan menghambat pertumbuhan.
Di sisi lain, kantin kampus juga menyimpan risiko. Lingkungan yang padat dan aktivitas pengolahan makanan yang intens membuat kantin rentan menjadi sarana penyebaran penyakit bawaan makanan (foodborne illness). Keracunan akibat kontaminasi bakteri, virus, atau parasit dapat berdampak serius, mulai dari menurunnya konsentrasi belajar, hilangnya waktu kuliah, hingga potensi wabah di lingkungan kampus. Oleh karena itu, keamanan pangan semestinya diposisikan sebagai kebutuhan utama, bukan sekadar pelengkap.
Upaya pencegahan membutuhkan keterlibatan berbagai pihak. Pelatihan berkala bagi staf kantin terkait kebersihan dan penanganan makanan yang benar, audit sanitasi rutin oleh pihak kampus, penggunaan bahan baku berkualitas dan bersertifikasi, serta keterbukaan terhadap laporan mahasiswa menjadi langkah yang tidak terpisahkan. Dengan menegakkan standar keamanan pangan, kampus sesungguhnya sedang berinvestasi pada kualitas sumber daya manusianya.
Langkah konkret dapat dimulai dari disiplin penerapan higiene dan sanitasi oleh pengelola serta pekerja kantin. Kebiasaan mencuci tangan, penggunaan alat pelindung diri, dan menjaga kebersihan area pengolahan serta penyajian makanan harus menjadi budaya kerja.
Selain itu, pihak kampus perlu secara konsisten menyelenggarakan pelatihan keamanan pangan bagi staf kantin. Pelatihan ini penting untuk meningkatkan pengetahuan tentang penanganan makanan yang tepat dan pencegahan kontaminasi silang. Pengawasan sanitasi secara berkala juga perlu dilakukan untuk memastikan seluruh proses berjalan sesuai standar.
Kualitas bahan pangan pun tidak boleh diabaikan. Bahan baku harus berasal dari pemasok terpercaya, memiliki izin edar, tidak kedaluwarsa, serta disimpan dengan benar. Proses penyimpanan dan pengolahan makanan harus memperhatikan suhu yang sesuai dan memastikan makanan dimasak hingga matang sempurna.
Pada akhirnya, peran mahasiswa sebagai konsumen juga sangat menentukan. Sikap cermat dalam memilih makanan, kepedulian terhadap kebersihan kantin, serta keberanian melapor jika menemukan makanan yang tidak layak konsumsi menjadi bagian dari upaya kolektif menjaga keamanan pangan.
Jika langkah-langkah tersebut dijalankan secara konsisten, keamanan pangan siap saji di kantin kampus dapat terjaga dengan baik. Dampaknya tidak hanya pada kesehatan, tetapi juga pada terciptanya lingkungan kampus yang kondusif bagi proses belajar dan pengembangan akademik.
Penulis dari Mahasiswa Program Studi S1 Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
- Dinda Amalia (2411102414042)
- Nabila Auliya Fitri (2411102414040)
- Shifa Mardatillah (2411102414041)
- Muhammad Alif Fauzan (2411102414043)
- Turyono (2411102414044)
- Ahmad Fadhilah Anwar (2411102414045)
*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi editorialkaltim.com
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.



