Bupati PPU Janji Rampungkan Rumah Adat Rakan Tatau Sebelum Akhir Masa Jabatan

Editorialkaltim.com – Harapan masyarakat adat Paser untuk segera memiliki Rumah Adat Kuta Rakan Tatau yang utuh kembali menggantung di udara. Di tengah semarak Festival Belian Adat Paser Nondoi 2025, Bupati Penajam Paser Utara (PPU), Mudyat Noor, memastikan pembangunan rumah adat tersebut tetap menjadi prioritas meski keuangan daerah sedang “sesak napas.”
“Insyaallah, kalau melihat kondisi APBD kita yang terpangkas hampir 50 persen, dari Rp 2,6 triliun jadi sekitar Rp 1,3 triliun, tentu prioritas utama tetap layanan publik. Tapi rumah adat ini tetap kita pikirkan,” ujar Mudyat seusai membuka Festival Nondoi di Rumah Adat Rakan Tatau, Kilometer 9 Nipah-Nipah, Senin (3/11/2025).
Mudyat menyebut Pemkab PPU berupaya mengutak-atik ruang fiskal agar pembangunan rumah adat yang menjadi simbol jati diri masyarakat Paser itu tidak mandek di tengah jalan.
“Kalau Kukar masih punya belanja modal besar, kita tidak. Tapi targetnya sebelum masa jabatan saya berakhir, rumah adat ini bisa selesai. Ini bagian dari warisan adat dan bisa jadi potensi ekonomi daerah,” jelasnya.
Tak hanya ingin rumah adat berdiri megah, Mudyat menegaskan keinginannya agar bangunan itu hidup secara ekonomi. “Kami ingin rumah adat ini tak hanya tempat seremonial, tapi juga punya unsur hiburan dan bisnis. Keduanya harus berjalan,” tambahnya.
Namun di sisi lain, Ketua Lembaga Adat Paser PPU, Musa, tak menutupi rasa khawatirnya. Ia menyebut progres pembangunan masih jauh dari kata rampung.
“Sekarang baru berdiri bagian bawahnya, badannya belum. Dari rencana bangunan 40×90 meter di atas lahan 2 hektare, baru sedikit yang selesai. Masih butuh sekitar Rp 20 miliar lagi,” terang Musa.
Menurutnya, tahun ini tidak ada alokasi dana tambahan untuk kelanjutan proyek tersebut. Meski begitu, ia tetap optimistis karena bupati telah berkomitmen mengusulkan anggaran tambahan pada tahun depan, termasuk membuka peluang dukungan dari pemerintah pusat.
“Dukungan dari Pemkab besar, tapi faktanya bangunannya masih segitu-segitu saja. Saya berharap bisa cepat diselesaikan. Tamu dari luar sering tanya, ‘kenapa rumah adatnya belum jadi?’,” ujarnya dengan nada getir.
Musa menekankan, Rumah Adat Rakan Tatau bukan sekadar bangunan megah, tapi “rumah besar” bagi seluruh pegiat seni dan budaya di PPU.
“Setiap minggu anak-anak sanggar latihan di sini. Ini bukan sekadar tempat adat, tapi ruang hidup bagi kebudayaan lokal,” katanya.
Festival Belian Adat Paser Nondoi, yang digelar tiap tahun, juga menjadi momentum penting bagi pelestarian tradisi dan kebersamaan lintas suku di PPU. Selama enam hari, festival ini diisi dengan pentas seni, ritual adat, hingga prosesi larung jakit di Muara Sesumpu sebagai penutup.
“Festival ini wadah silaturahmi antar-suku dan paguyuban. Kami berharap tahun depan lebih meriah dan didukung anggaran yang memadai,” pungkas Musa. (tin/ndi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.



