
Editorialkaltim.com – DPRD Samarinda menilai program revitalisasi pasar yang tengah digencarkan Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda tidak cukup hanya berfokus pada pembangunan fisik. Peningkatan kualitas manajemen sosial dan ekonomi pasca-revitalisasi dinilai jauh lebih penting agar pasar benar-benar kembali hidup.
Anggota Komisi III DPRD Samarinda, Abdul Rohim, mengingatkan agar Pemkot menyiapkan strategi pengelolaan yang matang sebelum proyek revitalisasi berjalan. Ia mencontohkan rencana revitalisasi Pasar Galunggung di kawasan Citra Niaga yang akan dimulai pada 2026 dengan nilai proyek sekitar Rp25,4 miliar untuk pembangunan gedung dua lantai dan 128 kios UMKM.
“Pemerintah harus belajar dari pengalaman sebelumnya. Revitalisasi bukan sekadar soal bangunan baru, tapi bagaimana pedagang dan pembeli bisa sama-sama diuntungkan setelah pasar selesai diperbaiki,” ujarnya, Kamis (9/10/2025).
Rohim menegaskan, konflik antara pedagang dan pemerintah yang sempat terjadi di Pasar Pagi Samarinda tidak boleh terulang. Ia mendorong agar Pemkot membuka ruang dialog sejak tahap perencanaan agar setiap keputusan dapat dipahami dan diterima oleh pedagang.
Menurutnya, ukuran keberhasilan revitalisasi bukan pada kemegahan fisik pasar, melainkan pada hidupnya kembali aktivitas ekonomi rakyat di dalamnya. Ia berharap pasar yang direvitalisasi mampu menarik lebih banyak pengunjung dan memberikan dampak ekonomi nyata bagi pelaku usaha kecil.
“Kalau setelah dibangun pasar malah sepi, berarti ada yang keliru. Revitalisasi harus membuat pedagang lebih untung dan pembeli lebih nyaman,” pungkasnya.(nit/ndi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.