gratispoll
KaltimSamarinda

Cegah Kekerasan Anak, DPRD Samarinda Dorong Sinergi Keluarga, Sekolah, dan Komunitas

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti (Foto: Editorialkaltim/Nita)

Editorialkaltim.com – Kekerasan terhadap anak di Kalimantan Timur masih jadi sorotan serius. Hingga Juli 2025, tercatat lebih dari 400 anak di Kaltim menjadi korban kekerasan, baik di lingkungan keluarga maupun di luar rumah. Melihat kondisi ini, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sri Puji Astuti, menegaskan pentingnya pencegahan dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat, bukan hanya penanganan setelah kasus terjadi.

“Anak-anak adalah generasi penerus yang harus kita lindungi sejak dini. Perlindungan anak bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau keluarga, tapi membutuhkan kesadaran seluruh masyarakat,” ujar Sri Puji di Kantor DPRD Samarinda, Jalan Basuki Rahmat, Rabu (1/10/2025).

Baca  DPRD Samarinda Apresiasi Kinerja PUPR dalam Penanganan Banjir

Menurutnya, pendidikan karakter sejak usia dini adalah benteng utama. Keluarga berperan sebagai madrasah pertama tempat anak belajar etika, norma, dan akhlak. Jika orang tua memahami peran mereka, risiko kekerasan bisa diminimalisir. “Parenting itu bukan sekadar memenuhi kebutuhan materi, tapi membimbing anak tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak,” tambahnya.

Sekolah pun punya tanggung jawab besar. Sejumlah sekolah di Samarinda kini mulai mengintegrasikan pendidikan karakter ke kurikulum, termasuk materi anti-bullying, keterampilan sosial, hingga pengembangan empati. Upaya ini dinilai penting untuk mencegah perundungan yang kerap memicu kekerasan.

Tak kalah penting, komunitas juga aktif mengambil bagian. Berbagai kelas parenting, workshop keluarga, hingga kegiatan sosial yang melibatkan anak terus digalakkan. Sinergi antara keluarga, sekolah, dan komunitas ini diyakini dapat menciptakan lingkungan ramah anak serta menekan potensi terjadinya kekerasan.

Baca  Ribuan Sapi di Paser Divaksinasi untuk Cegah Penyakit Cacar

Sri Puji menegaskan, pendekatan preventif jauh lebih efektif ketimbang menunggu kasus terjadi. Ia menyebut perlunya kesadaran kolektif, mulai dari tetangga yang peduli, guru yang peka terhadap perilaku siswa, hingga orang tua yang mau belajar pola asuh. “Jika semua elemen bergerak bersama, anak-anak bisa tumbuh tangguh, kreatif, dan tidak dibayangi trauma,” ujarnya.

Selain itu, pemanfaatan teknologi juga mulai didorong. Beberapa sekolah dan komunitas di Samarinda menggunakan aplikasi untuk memantau perilaku anak, melaporkan potensi kasus, sekaligus memberikan edukasi karakter. Dengan langkah inovatif ini, respons terhadap kekerasan bisa lebih cepat sekaligus mendidik anak dan orang tua secara simultan.

Baca  Gubernur Kaltim Minta Bisnis Tambang Harus Angkat Ekonomi dan Kesejahteraan Warga

“Kasus kekerasan anak di Samarinda bukan sekadar angka statistik, tapi pengingat bagi kita semua. Generasi muda harus kita lindungi agar tumbuh sehat, berakhlak, dan berdaya saing di masa depan,” tegas Sri Puji.(nit/ndi)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.

Related Articles

Back to top button