
Editorialkaltim.com – Persoalan pelestarian cagar budaya di Kota Tepian kembali jadi sorotan. Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sri Puji Astuti, menilai pemerintah kota belum benar-benar menunjukkan keberpihakan dalam menjaga warisan sejarah.
Ia menyebut, tidak sedikit bangunan bersejarah yang kini lenyap tanpa meninggalkan penanda apa pun. Sementara sejumlah rumah tua yang masih berdiri berpotensi menjadi cagar budaya, tetapi status kepemilikannya menjadi kendala.
“Kalau itu milik pribadi, otomatis harus dibeli. Sementara anggaran kita terbatas,” ujarnya, Kamis (11/9/2025).
Sri Puji menegaskan, pelestarian budaya seharusnya dipandang sebagai kebutuhan dasar masyarakat. Namun, ia menilai Pemkot masih bersikap setengah hati dalam hal ini. Kondisi tersebut diperparah dengan minimnya kepedulian masyarakat.
“Kita belum benar-benar mencintai kota ini. Sampah masih banyak, lingkungan tidak terjaga, akhirnya daya tarik kota pun menurun,” terangnya.
Ia juga menyoroti kecenderungan warga yang lebih mengagumi budaya luar ketimbang kearifan lokal. Padahal, menurutnya, Samarinda memiliki kekayaan budaya yang besar.
“Sayangnya, pemahaman untuk mencintai budaya sendiri masih rendah, dan itu menjadi hambatan bagi pengembangan pariwisata,” tambahnya.
Sri Puji berharap Pemkot lebih serius dalam mengalokasikan anggaran untuk mendukung pelestarian budaya. Tanpa keberpihakan dalam kebijakan, ia khawatir warisan sejarah Samarinda kian terabaikan.
“Kuncinya ada pada kebijakan dan anggaran. Kalau itu berpihak, maka budaya Samarinda bisa lebih maju,” pungkasnya. (nit/ndi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.