
Editorialkaltim.com – Wakil Bupati Kutai Timur (Kutim) Mahyunadi melakukan kunjungan ke Bendungan Benteng, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, usai menyelesaikan agenda kerja di Kabupaten Sidrap. Ia datang bersama sang istri, Masriati, serta Plt Kepala Dinas PU Kutim Joni Abdi Setia.
Bendungan bersejarah peninggalan Belanda yang dibangun tahun 1939 itu bukan sekadar destinasi wisata sejarah. Di balik gerbang cagar budaya bernomor inventarisasi 874 dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar, Mahyunadi menggelar diskusi penting soal irigasi dengan Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Bina Konstruksi (DPSDA-BK) Pinrang, Muhammad Jenal.
“Di Kutim, pertambangan dan sawit masih jadi tulang punggung ekonomi. Padahal seharusnya pertanian jadi kekuatan strategis,” kata Mahyunadi saat ditemui di lokasi, Selasa (29/4/2025).
Mahyunadi menyebut tantangan utama pertanian di Kutim adalah sebaran lahan sawah yang tidak merata. Tak seperti Pinrang yang memiliki puluhan ribu hektare sawah dalam satu hamparan, lahan di Kutim terpencar di sejumlah kecamatan.
“Manajemen air di sini berjalan dari hulu ke hilir secara sistematis. Kalau satu titik macet, bisa memengaruhi panen. Itu yang kami pelajari,” tambah Mahyunadi.
Menurutnya, Pemkab Kutim akan menata ulang strategi pertanian dengan fokus pada revitalisasi sistem irigasi. Salah satunya adalah menyiapkan perluasan lahan sawah hingga 200 hektare, dengan catatan sistem pendukungnya siap.
“Pemeliharaan saluran irigasi di sini bahkan bisa pakai dana insidensial. Kami akan mulai dari inventarisasi program dan anggaran. Kalau sistemnya jalan, potensi pertanian di Kutim sangat besar,” tegas Mahyunadi.(ndi)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.