Editorialkaltim.com – Yuliana Parlina Koordinator Daerah Akademi Pemilu dan Demokrasi Kabupaten Kukar menjadi pemateri dalam kegiatan Sosialisasi pengawasan pemilihan partisipatif dengan tema “Pendidikan politik bagi pemuda dan pemilih pemula dalam penyelenggaraan Pilkada 2024,” yang diselenggarakan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) yang diselenggarakan di Grand Elty Singgasana Hotel Tenggarong, Sabtu, (19/10/2024).
Ia menjelaskan kegiatan yang diselenggarakan Bawaslu merupakan upaya yang dilakukan untuk mendorong para pemilih pemula menjadi pengawas partisipatif. Dengan melakukan hal tersebut jalannya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dapat berlangsung dengan lancar. Selain itu turut mendukung kerja Bawaslu di lapangan.
“KPU yang melaksanakan secara teknis dan Bawaslu yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemilu,” ungkapnya.
Salah satu tantangan yang dihadapi pemilih pemula berkaitan dengan usia. Pemilih pemula yang telah berusia genap 17 (tujuh belas) tahun terkadang belum bertindak aktif melakukan perekaman data diri (E-KTP) di kantor Disdukcapil maupun di kecamatan terdekat. Sehingga mereka tidak terdaftar di sebagai pemilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Robiatul Salah satu peserta pemilu pemula mengungkapkan pengalamannya pada saat pertama kali menggunakan hak suaranya mengaku kebingungan. Sebab Ia harus cari tahu dulu cara nyoblos dan melipat kertas dan memasukkan surat ke kotak suara dengan benar.
Kemudian, pemilih pemula rentan menjadi sasaran praktik politik uang dalam penyelenggaraan Pilkada. Ditambah pemilih pemula memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam menyikapi situasi Pilkada.
Yuliana menyebut ada empat tipe pemilih dalam Pilkada. Pertama, Open minded melek politik. Mereka adalah orang-orang sudah menentukan kepada siapa pilihan politiknya tidak jarang ikut terlibat kampanye salah satu kandidat.
Kedua, Modest artinya mengikuti pilihan orang dekat. Mereka memilih salah satu Paslon atau partai karena orang tuanya milih mereka. Ketiga Doubtfulness yaitu masih galau /swing voter. Tipe yang mudah dipengaruhi maupun belum sadar akan politik.
“Nah, karakter seperti inilah yang akan menjadi sasaran empuk para kandidat,” ujarnya.
Dan keempat tipe Apatethic atau apatis/tidak peduli. Mereka bukannya buta politik tapi mereka memutuskan untuk tidak peduli Sebagian dari mereka pesimis pemilu membuat keadaan lebih baik.
Terakhir, Ia berharap para peserta berpartisipasi dalam dalam sosialisasi Pilkada, pendidikan bagi pemilih di lingkungan mereka tinggal. Kemudian ikut serta memantau perhitungan suara di TPS. Kemudian menyampaikan laporan atas dugaan adanya pelanggaran dalam tahapan pelaksanaan Pilkada apabila mendapati hal tersebut terjadi selama pelaksanaan Pilkada berlangsung. (adr)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.