Opini

Maggot Sebagai Pakan Alternatif Ayam Broiler: Strategi Efektif Kurangi Kebutuhan Pakan

Tingkatkan Pertumbuhan Berat Badan Secara Bersamaan

drh. Rahadyan Pramudyawardana.

Oleh: drh. Rahadyan Pramudyawardana (Mahasiswa Program Magister Agribisnis Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga)

Editorialkaltim.com – Ayam broiler merupakan komoditas yang menjanjikan di Indonesia. Menurut Dirjen Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Nasrullah pada Selasa (18/07/2023) menurut perhitungan prognosa bulan juni lalu, kebutuhan ayam ras di Indonesia di akhir Desember 2023 mencapai 3.505.998 ton. Selain itu di tahun ini, Indonesia untuk pertama kalinya berhasil ekspor uji coba ayam hidup ke Singapura. Ekspor tersebut dilakukan tanggal 13 Mei 2023 dengan jumlah 23.040 ekor atau setara 41,47-ton ungkap Tri Melasari, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan. Oleh karena itu, budidaya ayam broiler sudah memiliki titik keberhasilannya di Indonesia.

Meskipun budidaya ayam broiler mendapatkan rapor baik di Indonesia. Keberhasilan tersebut masih dipegang oleh perusahaan-perusahaan integrator budidaya ayam broiler.  Menurut situs resmi Kementerian Dalam Negeri, Berhasilnya ekspor ayam hidup perdana ke Singapura juga dilakukan oleh perusahaan PT Japfa Comfeed Indonesia. Menurut Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah yang dikutip oleh Bisnis.com, Parjuni menyatakan kondisi peternak broiler mandiri saat ini semakin terdesak oleh bisnis perusahaan integrator.

Desakan ini diklaim karena perusahaan menggunakan lebih dari 50% DOC Final Stock (FS) untuk dibudidayakan sendiri dimana menurut Permentan No. 32/2017 pasal 19 ayat 1b menjelaskan bahwa perusahaan penyedia DOC hanya boleh menggunakan maksimal 50% produksinya sendiri untuk kepentingan perusahaan.

Baca  Pemilu 2024 dan Konsolidasi Demokrasi

Selain itu, perusahaan integrator tentunya memiliki teknologi dan populasi yang jauh lebih tinggi dari peternakan rakyat sehingga timpangnya kapasitas dan daya saing antara perusahaan integrator dan peternak mandiri telah menjatuhkan harga daging ayam broiler di pasaran hingga peternak rakyat merugi. Parjuni juga menyebutkan bahwa harga pakan dan jagung yang melambung tinggi menambah beban peternak ayam broiler saat ini. Oleh karena itu perlu adanya strategi dari pemerintah maupun peternak untuk bisa mengimbangi perusahaan dalam budidaya ayam broiler, salah satunya dari sektor pakan.

Pakan merupakan pengeluaran paling banyak di sektor budidaya apapun. Pada budidaya broiler, pakan menyumbang 60-70% pengeluaran, sehingga biaya yg dibutuhkan untuk pakan juga termasuk tinggi. Ayam broiler membutuhkan 2,5-2,8 kg pakan/ekor dalam sekali periode sehingga untuk peternak dengan populasi 1000 ekor ayam membutuhkan 2,5-2,8 ton pakan tiap periodenya.

Angka ini pasti menjadi perhatian utama bagi peternak mandiri yang memiliki keterbatasan modal atau aliran kas, terlebih harga complete feed dari perusahaan terkadang sangat fluktuatif dan mahal. Oleh karena itu banyak peternak mandiri yang mencari dan mengganti complete feed dengan berbagai macam pakan alternatif dengan tujuan menurunkan biaya produksi khususnya sektor pakan. Salah satu pakan alternatif yang bisa ditemui adalah larva lalat atau maggot.

Larva lalat atau maggot yang digunakan sebagai pakan alternatif ayam broiler adalah larva dari lalat tentara hitam atau dalam Bahasa Inggris disebut dengan Black Soldier Fly (BSF). Maggot dari BSF ini merupakan larva yang mampu mengurai sampah organik lima kali lebih besar dari berat tubuhnya. Maggot BSF yang dibudidayakan dianggap tidak tergolong dalam vektor penyakit. Sebaliknya maggot BSF memainkan peran penting dalam mengurai sampah organik di lingkungan.

Baca  Pemuda, Katalisator Nilai Politik Indonesia: Sebuah Refleksi Pada Hari Sumpah Pemuda emuda ke-96

Maggot BSF sudah banyak dibudidayakan di Indonesia. Selain untuk mengurai sampah organik, maggot juga dimanfaatkan untuk pakan alternatif ternak baik ayam petelur, ayam broiler hingga ikan hias. Penggunaan maggot BSF sebagai pakan alternatif ini dilihat dari kandungan nutrisi didalamnya.

Menurut jurnal yang ditulis Abbot et al (2003) maggot BSF memiliki kandungan protein kasar mencapai 40,11% dan kadar energi sebesar 22,65 Mj/Kg. Selain itu kandungan mineral maggot BSF juga tergolong tinggi dengan kadar kalsium sebesar 48,2 gram/kg, posphor 8,2 gram/kg, magnesium 3,9 gram/kg, potasium 13,3 gram/kg dan sodium mencapai 9,4 gram/kg. Menurut PoultryHub Australia, kebutuhan protein ayam broiler dari fase starter hingga finisher berkisar 19-25% dari total pakan, selain itu kebutuhan lainnya seperti kadar energi sebesar 12,6-13,50 Mj/Kg, Kalsium 0,85-1%, Sodium 0,16% dan Phospor sebesar 0,42-0,5%.

Berdasarkan data diatas, maggot BSF sangat layak dijadikan sebagai pakan alternatif dari ayam broiler. Selain melihat dari perbandingan data kebutuhan nutrient ayam broiler dan kandungan nutrient maggot BSF, sudah banyak penelitian-penelitian yang membuktikan bahwa maggot BSF merupakan pakan alternatif yang patut dipertimbangkan. Salah satunya adalah penelitian yang ditulis oleh de Souza Vilela et al., penelitian ini memaparkan bahwa pemberian BSF maggot sebesar 20% dalam campuran pakan dapat meningkatkan berat badan ayam secara signifikan dengan FCR 10% lebih rendah.

Baca  UMKM Pemicu Ekonomi Kerakyatan

Hasil ini dimungkinkan terjadi karena adanya kandungan Acid Lauric dalam maggot BSF yang mencapai 128,3 g/kg bahan kering. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Fortuoso et al (2019) yang melaporkan penambahan Acid Lauric sebanyak 300 mg/kg pada pakan broiler dapat meningkatkan pertumbuhan berat badan sebesar 11% dengan penurunan FCR sebesar 6%. Acid Lauric dikenal sebagai zat aktif yang memiliki kemampuan mirip dengan AGP (Antibiotik Growth Promotor) namun tanpa toksisitas.

Melihat hasil penelitian dari paragraf sebelumnya, maggot BSF merupakan bahan pakan alternatif yang patut dipertimbangkan untuk peternak rakyat. Kemampuan meningkatkan laju pertumbuhan berat badan ayam broiler dan menurunkan Food Convertion Rate secara bersamaan menjadi tolak ukur nyata maggot BSF dapat dijadikan sebagai ”supressan” biaya pakan bagi peternak rakyat yang mandiri. (*)

(*) Opini penulis ini merupakan tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi editorialkaltim.com

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Mari bergabung di Grup Telegram “editorialkaltim”, caranya klik link, https://t.me/editorialkaltimcom kemudian join. Anda harus mengistal Telegram terlebih dahulu di ponsel.

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker