Editorialkaltim.com – Komisi III DPRD Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mengungkapkan keprihatinannya atas aset daerah yang tidak berfungsi. Videotron, salah satu aset tersebut, telah lama tidak beroperasi. Wakil Ketua Komisi III DPRD Kabupaten PPU, John Kenedi, menegaskan bahwa videotron ini seharusnya menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD).
John Kenedi mengkritik pemanfaatan videotron yang tidak optimal. Beliau mengatakan, “Kan tujuan dibangunnya videotron itu kan sebenarnya sudah jelas. Untuk meningkatkan PAD”. Ketidakberfungsian aset ini menimbulkan kerugian bagi pemerintah daerah.
Pembangunan videotron menggunakan dana yang tidak sedikit. John menambahkan, “Kalau itu rusak, harusnya diperbaiki sesuai fungsi dan peruntukannya. Bukan dibiarkan menjadi aset tidak jelas”. Videotron tersebut dibangun di tiga titik strategis dengan anggaran sekitar Rp5,2 miliar.
Pemerintah daerah telah membangun videotron di depan stadion, Petung, dan Kelurahan Waru. Namun, sejak tahun 2015, videotron tersebut tidak lagi berfungsi. Keadaan ini menyebabkan potensi pendapatan dari perangkat promosi tersebut menjadi sia-sia.
John Kenedi mengusulkan solusi untuk menghidupkan kembali aset tersebut. Beliau menyerukan, “Kalau tidak ada yang menyewakan bisa dipakai untuk promosi kegiatan pemerintah”. Hal ini dapat menjadi alternatif penggunaan videotron yang efektif.
Selain videotron, John juga menyoroti aset tidak bergerak lainnya. Beliau menekankan pentingnya mengoptimalkan semua aset daerah. “Semua aset daerah yang mati dihidupkan kembali. Lahan-lahan yang ada dimanfaatkan. Jangan jadi aset yang tidak jelas,” tegasnya.
Dalam mengakhiri wawancaranya, John menekankan pentingnya aset untuk kontribusi PAD. Inisiatif dan tindakan cepat dari pemerintah daerah menjadi kunci dalam mengatasi masalah ini. (lin/adv)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari editorialkaltim.com. Follow instagram “editorialkaltim”, caranya klik link https://www.instagram.com/editorialkaltimcom/ untuk mendapatkan informasi terkini lainnya.
-
-
-
-
-
